PEMANFAATAN INTERNET DALAM PENDIDIKAN
Pengantar
Dekade terakhir ini perkembangan
yang pesat dalam teknologi Internet telah mulai merasuk ke Indonesia. Sekalipun
masih barang baru, Internet ternyata
dapat berkembang dengan pesat, terlihat dari jumlah perusahaan yang bergerak
dalam industri jasa Internet ini. Pengaruh dari teknologi ini mulai dirasakan
dalam hampir semua aspek dari sektor pendidkan, bisnis dan ekonomi. Dalam dunia
pendidikan dan politik disinyalir bahwa kelompok-kelompok mahasiswa
proreformasi telah memanfaatkan Internet dan e-mail untuk berkomunikasi dan mengkoordinasikan gerakan mereka di seluruh
pelosok tanah air, sehingga perjuangan mereka berhasil melengserkan Soeharto
dari kekuasaannya dalam waktu yang
menakjubkan singkatnya
Perkembangan teknologi komunikasi
dan informasi yang sangat pesat telah berpengaruh terhadap berbagai aspek
kehidupan manusia. Sampai saat ini, menurut Alvin Toffler, perkembangan
tersebut telah mencapai gelombang yang ketiga. Gelombang pertama timbul dalam
bentuk teknologi pertanian, dimana era pertanian ini telah berlangsung selama
ratusan ribu tahun yang lalu bahkan sampai sekarang. Gelombang kedua timbul
dalam bentuk teknologi industri, era industri ini telah berlangsung sejak
ratusan tahun yang lalu sampai sekarang. Kini, gelombang ketiga yang ditandai
dengan pesatnya perkembangan teknologi elektronika dan informatika. Perubahan
dari era industri ke era informasi (global) ini hanya berlangsung dalam
hitungan waktu tidak lebih dari setengah abad (Dryden dan Voss, 1999).
Pemanfaatan teknologi
untuk pendidikan
Pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi untuk pendidikan dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk sesuai
dengan fungsinya dalam pendidikan. Fungsi teknologi informasi dan Pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan sudah menjadi
keharusan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Berbagai aplikasi teknologi
informasi dan komunikasi sudah tersedia dalam masyarakat dan sudah siap menanti
untuk dimanfaatkan secara optimal untuk keperluan pendidikan. Pada kondisi
riil, teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan nantinya berfungsi
sebagai gudang ilmu, alat bantu pembelajaran, fasilitas pendidikan, standar
kompetensi, penunjang administrasi, alat bantu manajemen sekolah, dan sebagai
infrastruktur pendidikan Pemanfaatan TIK untuk Pembelajaran. Ada berbagai tren
yang berkembang dalam pemanfaatan TIK khususnya dalam konteks sekolah, tentunya
dengan memperhatikan ketersediaan dan kemudahan akses sumber belajar online.
Berikut ini adalah tren yang berkembang sebagaimana disarikan dari artikel
Newer Technologies for the Learning Society (C.Villanueva, 2000).
1.
Secara umum, pengintegrasian secara penuh TIK kedalam
pendidikan masih sangat terbatas. Multimedia interaktif atau hypermedia
belumlah dimanfaatkan secara meluas. Aktivitas Online melibatkan internet dan
intranet lebih banyak digunakan untuk keperluan komunikasi daripada sarana
pendidikan interaktif.
2.
Model pembelajaran campuran yang baru mulai muncul.
Pembelajaran tatap muka dan aktivitas belajar online, video, multimedia dan
sarana telekomunikasi menunjang berbagai proses pembelajaran, kadangkala dalam
bentuk kombinasi dan kadangkala dalam bentuk yang lebih terintegrasi.
3.
Pendidikan jarak jauh sekarang disajikan dalam dua
cara yaitu synchronous mode dimana peserta menggunakan TIK untuk berkomunikasi
pada waktu yang bersamaan dan asynchronous mode di mana para peserta belajar
atau berkomunikasi secara mandiri pada waktu yang berbeda kapan saja mereka
online (anytime-anywhere learning). Dalam kenyataannya pertemuan tatap muka
atau interakasi (synchronous) masih diperlukan untuk menunjang belajar mandiri
dan asynchronous agar belajar dapat lebih efektif. TIK memfasilitasi interaksi
tingkat tinggi antara siswa, guru, dan materi pembelajaran berbasis komputer.
Komunikasi dapat dinamis dan bervariasi sesuai keinginan siswa dan guru, dan ia
dapat terjadi dalam berbagai bentuk seperti e-mail, mailing list, chat,
bulletin board, and konferensi komputer.
4.
TIK sudah menjadi suatu daya penggerak perubahan
bidang pendidikan dan mereka adalah suatu bagian integratif dari kebijakan dan
rencana pendidikan nasional. Bukti yang berkembang menunjukkan semakin banyak
negara yang mulai melengkapi sekolah mereka dengan komputer untuk mencapai
reformasi sekolah atau usaha peningkatan sekolah atau bahkan untuk memberi
sekolah mereka suatu penampilan modern dan bertenologi. Bagaimanapun, dalam
posisi ini banyak pendidik yang melihat teknologi online sebagai suatu jalan
untuk pengajaran, pelajaran, dan praktek penguasaan baru, hanya mempunyai
sedikit informasi tentang potensi dan penggunaan otentik dari ICT dalam
pendidikan. Pengalaman menunjukkan bahwa pengenalan tentang teknologi di
sekolah mengalami tiga fasa, yakni suatu tahap penggantian di mana praktek
tradisional masih terjadi tetapi teknologi baru digunakan; suatu tahap transisi
di mana praktek baru mulai muncul dan praktek lama dipertanyakan; dan suatu
tahap transformasi di mana teknologi memungkinkan praktek baru dan praktek lama
menjadi usang. Jika pendidik meminta dengan tegas atas penggunapan TIK sebagai
pengganti praktek yang ada, mereka tidak dapat berperan untuk memecahkan
permasalahan di bidang pendidikan yang saat ini mereka temui.
5.
Pengenalan TIK di sekolah telah membawa suatu sikap
yang lebih positif terhadap sekolah pada diri siswa. Karena TIK dan belajar
berbasis web menawarkan keaneka ragaman yang lebih besar dari tujuan, proyek,
aktivitas, dan latihan dalam pembelajaran dibanding kelas tradisional, minat
dan motivasi siswapun meningkat secara nyata. Para guru dan siswa terangsang
karena pengajaran menjadi lebih dinamis yang memperluas visi mereka seperti
halnya akses ke bahan belajar dan perangkat lunak bidang pendidikan yang
bermutu tinggi. Lebih dari itu, para guru kelihatannya termotivasi untuk
mengajar dengan lebih kreatif. Portal pembelajaran menghubungkan para guru
kepada sejumlah racangan pelajaran, panduan guru, dan soal-soal latihan siswa
yang ditempatkan di Internet oleh institusi pemerintah, LSM, dan institusi
pendidikan.
6.
Kelas online cenderung untuk menjadi lebih sukses jika
TIK dikombinasikan dengan suatu ilmu pendidikan yang tepat. Gelanggang
pendidikan dari pembelajaran online masih sangat muda. Saat banyak institusi
yang menawarkan kursus online, pemahaman mendalam tentang isu pedagogis yang
berhubungan dengan pendidikan online masih belum diselidiki secara mendalam.
Banyak kursus online yang hanya halaman web dikombinasikan dengan e-mail dan
ruangan chatting tanpa landasan pedagogis. Pengalaman-pengalaman sukses
menunjukkan bahwa telah ada suatu penurunan dari aktivitas dipandu guru seperti
halnya penurunan jumlah pembelajaran tatap muka dan bergerak ke arah aktivitas
yang berbentuk proyek dan pembelajaran mandiri sebagai hasil pemanfaatan TIK.
7.
Pembelajaran online memungkinkan siswa mempunyai
kendali lebih besar terhadap kegiatan dan isi pembelajaran. Lingkungan online
mennempatkan siswa di tengah-tengah pengalaman belajar. Pada pembelajaran
tradisional, pengulangan digunakan berkali-kali dengan memperkenalkan informasi
yang sangat serupa dalam format berbeda atau dengan menanyakan pertanyaan yang
sama dengan cara yang berbeda. Padahal banyak siswa tidak suka latihan yang
berulang-ulang. Internet mendorong siswa untuk menggali informasi dan contoh
praktis. Hypermedia dan multimedia memudahkan pendekatan yang belum pernah
terjadi pada pembelajaran tradisional. Internet mempromosikan suatu alternatif
jenis belajar dengan melakukan (learning by doing) di manapara siswa diminta
untuk melakukan proyek yang berhubungan dengan situasi hidup nyata. Teknologi
menyampaikan informasi dengan penekanan pada penciptaan dan explorasi aktif
terhadap pengetahuan dibandingkan transfer informasi searah, yang memungkinkan
siswa tersebut untuk menggunakan secara penuh kemampuan kognitif mereka
sendiri.
8.
Corak interaktif sumber belajar memungkinkan siswa
untuk terus meningkatkan keterlibatannya dengan pengembangan isi dan dengan
demikian berperan dalam suatu situasi belajar yang lebih otentik. Sebagai
contoh, para siswa dapat mengakses perpustakaan maya di seluruh dunia. Dengan
demikian mereka mempunyai akses ke sejumlah besar informasi dan sumber belajar
yang luas yang tidak dapat dicapai dalam seting pembelajaran yang tunggal.
Sejauh yang terkait dengan guru, sejumlah besar sumber belajar yang diletakkan
di Internet telah membantu guru dalam menghadapi tantangan mengajar
sehari-hari. Para guru dapat saling betukar rencangan pembelajaran, teknik
pedagogis, dan strategi yang berhubungan dengan isu-isu dan permasalahan umum.
9.
Pembelajaran online menyediakan perkakas teknis yang
membuat belajar lebih mudah. Sebagai contoh, bahasa yang digunakan untuk
mencari informasi dan bahan belajar adalah segera dan intuitif. Bahasa tersebut
tidaklah harus dipelajari oleh pemakai dan dapat diadopsi dengan usaha minimal.
Tatabahasa Dan sintaksis dasar dapat digunakan sebagai instrumen untuk mencari
dan memperoleh informasi. Pengintegrasian komunikasi dan authoring tools,
bersama dengan alat penghubung click¬to-connect telah berhasil dengan mantap
mempermudah proses mengecek email, mengakses data, dan pengaturan atas koneksi
konferensi komputer. Teknologi simulasi tau visualisasi dapat membantu siswa
untuk belajar sistem yang kompleks dengan cara yang lebih kongkrit. Komunikasi
percakapan berbasis komputer (Computer Mediated Chatting = CMC) dan bulletin
board dapat melengkapi pertemuan tatap muka.
10. Pendidikan
dan pelatihan guru sekarang meliputi pembelajaran kolaboratif dan just-in¬time.
TIK membuka suatu dunia yang utuh dari belajar sepanjang hayat melalui
pendidikan jarakjauh, pembelajaran asynchronous, dan pelatihan atas permintaan.
TIK cukup fleksibel untuk memperkenalkan kursus baru sebagai jawaban langsung
atas permintaan yang semakin meningkat.
11. TIK membantu
memecahkan isolasi profesional yang banyak diderita para guru. Dengan TIK,
mereka dapat dengan mudah berhubungan dengan para profesional lain, rekan
kerja, penasihat, universitas dan pusat keahlian, dan dengan sumber belajar.
Para guru kini menerbitkan bahan belajar yang mereka kembangkan di Internet dan
berbagi pengalaman mengajar mereka dengan guru lainnya.
12. Penggunaan
jaringan komputer untuk mempromosikan aktivitas belajar berkelompok menjadi
semakin lebih populer. Teknologi komputer dalam pendidikan bergerak dari
belajar mandiri ke metode belajar jarak jauh berkelompok. Dengan menggunaan
perangkat komunikasi berbasis komputer dan kelompok belajar berbasis web, siswa
dapat menerapkan pengetahuan yang dimiliknya dengan mengkombinasikan usaha
mereka untuk mengembangkan suatu aktivitas atau proyek. Belajar koperatif
melalui komputer mempunyai efek positif atas kinerja tugas kelompok, prestasi
individu, dan sikap terhadap belajar kolaboratif.
13. Universitas
sedang memasuki fase kemitraan dengan sektor swasta, terutama sekali industri
teknologi informasi, dalam rangka membantu menjaga kelangsungan hidup operasi
dan keuangan dari program pendidikan berbasis TIK. Semakin banyak sekolah
menyadari bahwa berhubungan dengan sektor bisnis tidak akan mengancam sistem
persekolahan. Yang lain melihat suatu keuntungan dalam capitalising atas produk
dan jasa pendidikan mereka. Persekutuan belajar di penyampaian produk dapat
menawarkan berbagai manfaat, seperti pengurangan biaya-biaya pengembangan
latihan, berbagi biaya-biaya penelitian dan pengembangan yang bersama, atau
berbagi database dan isi perpustakaan.
14. TIK
meningkatkan fungsi perpustakaan dan mengubah peran pustakawan secara hakiki.
Sekolah tidak perlu melanjutkan penderitaan atas kelangkaan pendukung
perpustakaan dengan memanfaatkan sumber belajar yang kaya yang tersedia di
Internet. Upaya Pemberdayaan Internet untuk pembelajaran Saat ini dunia telah
berada dalam era komunikasi instan atau dikenal pula sebagai era informasi. Era
informasi ditandai oleh pesatnya perkembangan dalam bidang teknologi informasi
dan komunikasi (TIK), khususnya komputer dan internet. Internet merupakan
jaringan global yang menghubungkan beribu bahkan berjuta jaringan komputer
(local/wide areal network) termasuk komputer pribadi (stand alone), yang
memungkinkan setiap komputer yang terhubung kepadanya bisa saling melakukan
komunikasi satu sama lain. Sebenarnya, internet awalnya lahir untuk suatu
keperluan militer di Amerika Serikat. Pada awal tahun 1969 Advanced Research
ProjectAgency (ARPA) dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat, membuat suatu
eksperimen jaringan yang diberi namaARPAnet untuk mendukung keperluan
penelitian (riset) kalangan militer. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya
jaringan ini dipergunakan untuk keperluan riset perguruan tinggi, yang dimulai
dengan University of California, Stanford Research Institute dan University of
Utah (Cronin, 1996).
Fasilitas aplikasi Internet cukup banyak sehingga
mampu memberikan dukungan bagi kalangan pendidikan. Dalam kaitan pemanfaatannya
untuk pendidikan, Ashby (1972) seperti dikutip oleh Miarso (2004), menyatakan
bahwa dunia pendidikan telah memasuki revolusinya yang kelima.
1.
Revolusi
pertama terjadi
ketika orang menyerahkan pendidikan anaknya kepada seorang guru.
2.
Revolusi
kedua terjadi ketika digunakannya tulisan untuk keperluan pembelajaran.
3.
Revolusi
ketiga terjadi seiring dengan ditemukannya mesin cetak sehingga materi
pembelajaran dapat disajikan melalui media cetak.
4.
Revolusi
keempat terjadi ketika digunakannya perangkat elektronik seperti radio dan
televisi untuk pemerataan dan perluasan pendidikan.
5.
Revolusi
kelima, seperti saat ini, dengan dimanfaatkannya teknologi komunikasi dan informasi
mutakhir, khususnya komputer dan internet untuk pendidikan. Revolusi ini
memberi dampak terhadap beberapa kecenderungan pendidikan masa depan. Beberapa
ciri tersebut, menurut Ashby seperti dikutip oleh Miarso (2004) adalah sebagai
berikut:
a.
Berkembangnya pembelajaran di luar kampus sebagai
bentuk pendidikan berkelanjutan.
b.
Orang memperoleh akses lebih besar dari berbagai
sumber belajar.
c.
Perpustakaan sebagai pusat sumber belajar menjadi ciri
dominant dalam kampus.
d.
Bangunan kampus berserak (tersebar) dari kampus inti
di pusat dengan kampus satelit yang ada di tengah masyarakat.
e.
Tumbuhnya profesi baru dalam dalam bidang media dan
teknologi.
f.
Tuntutan terhadap lebih banyak belajar mandiri.
Kecenderungan lain, seperti diungkapkan oleh Ryan et
al (2000) adalah sebagai berikut:
a.
Teknologi yang ada saat ini dapat mentransformasi cara
pengetahuan dikemas, disebarkan, diakses, diperoleh dan diukur. Sehingga
merubah cara produksi dan penyampaian materi dari cetak dan analog ke dalam
bentuk digital dalam bentuk DVD, CD-ROM, maupun bahan belajar on-line berbasis
web lainnya.
b.
Orang akan lebih memilih metode belajar yang lebih
luwes (flexible), mudah, dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya
masing-masing. Sehingga memicu terjadinya pergeseran pola pendidikan dari tatap
muka (konvensional) kearah pendidikan yang lebih terbuka. Dengan adanya
teknologi internet ini sistem penyampaian dan komunikasi (delivery system and
communication) antara siswa dengan guru, guru dengan guru atau siswa dengan siswa
dapat dilakukan dengan berbagai bentuk dan cara, baik secara bersamaan
(synchronous) maupun (asynchronous). Beberapa bentuk komunikasi yang dapat
dilakukan antara lain adalah sebagai berikut (Purbo, 1997):
-
Dialog elektronik (chatting); dialog elektronik adalah
percakapan berbasis teks yang dapat dilakukan secara online dalam waktu
bersamaan (synchronous) antara dua atau lebih pengguna internet. Contoh
aplikasi dalam konteks pendidikan tinggi, dialog elektronik dapat digunakan
untuk proses komunikasi antara dosen dengan beberapa orang mahasiswanya dalam
mendiskusikan suatu topik perkuliahan tertentu.
-
Surat elektronik (e-mail); surat elektronik merupakan
suatu bentuk komunikasi tidak bersamaan (asynchronous) yang memungkinkan
terjadinya komunikasi antara mahasiswa dengan dosen atau mahasiswa dengan
mahasiswa lain melalui surat yang disampaikan secara elektronik melalui
internet. Berbeda dengan chatting, dengan cara ini umpan balik yang diperoleh
mungkin tertunda.
-
Konferensi kelompok melalui surat elektronik (mailing
list); Mailing list merupakan perluasan dari e-mail dimana seseorang dapat
mengirim pesan kepada sekelompok orang tertentu yang telah terdaftar untuk
bergabung dalam kelompok diskusi. Sebagai contoh, seorang dosen memiliki daftar
mahasiswa yang tergabung dalam kelompok mata kuliah tertentu. Pemberian tugas
dan diskusi dapat dilakukan melalui fasilitas seperti ini.
-
Konferensi jarak jauh (teleconference); konferensi
jarak jauh dapat berupa konferensi audio maupun konferensi video. Kedua konferensi
ini dapat dilakukan dengan cara "point to point" atau "multi
point". Cara pertama dilakukan dalam dua tempat. Sedangkan cara kedua
dilakukan dalam lebih dari dua tempat. Sebagai contoh, seorang guru dari
sekolah tertentu dapat mendiskusikan suatu topik tertentu kepada siswa di
beberapa sekolah lain dalam waktu bersamaan. de unique molecule Sebelum
menjawab mengapa, terlebih dahulu perlu dijelaskan apa yang dimaksud dengan de
unique molecule. Mengingat potensinya yang sangat luar biasa, seperti dijelaskan
di atas, de unique molecule hadir sebagai upaya memberdayakan potensi internet
untuk kebutuhan pendidikan. Lebih tepatnya, de unique molecule hadir sebagai
sebagai salah satu media jaringan sekolah (schoolnet). Jaringan sekolah adalah
suatu kegiatan komunitas sekolah (guru, siswa, atau tenaga pendidik dan
kependidikan lain) yang dimediasi oleh internet sebagai sarana komunikasi atau
bertukar informasi satu sama lain. Terjadinya pertukaran informasi yang mudah
dan cepat tanpa terbatas ruang dan waktu melalui program jaringan sekolah ini
memungkinkan terjadinya komunitas masyarakat informasi (knowledge-based
society) dalam lingkup sekolah. Di masa mendatang diharapkan terjadi jaringan
sekolah yang tidak hanya terjadi dalam skala lokal (nasional), tapi dalam skala
yang lebih luas, yaitu regional dan internasional. adalah program multi media
sederhana yang dikembangkan oleh penulis yang berfungsi sebagai :
1)
wahana komunikasi lintas guru dan siswa;
2)
wadah sumber belajar; dan
3)
wahana berbagi informasi antar guru dan sisa di dunia
maya.
Pemanfaatan internet bagi
pembelajaran di Indonesia
Pada awalnya penggunaan internet di Indonesia digunakan
oleh para pebisnis, internet banyak digunakan untuk memantau perkembangan pasar
luar negeri dan alur perdagangan dunia. Tapi jika dirunut secara lebih lanjut,
internet pertama kali di kenalkan di Indonesia melalui pendidikan. Anak-anak
Indonesia yang belajar di luar negeri maupun yang menempuh studi di dalam negeri
banyak menggunakan internet sebagai bahan rujukan tugas dan makalah kuliah
mereka. Hal ini didasrkan pada biaya buku cetak yang masih sangat mahal
sehingga mereka memilih berkunjung ke perpustakaan elektronik, ada juga yang
memanfaatkan internet untuk kursus gratis dan media publikasi bagi penelitian.
Berikut ini adalah beberapa
alasan pemanfaatan internet bagi pendidikan sekarang ini :
1.
Akses ke pakar
Konsultasi melalui e-mail, beberapa kemudahan dari akses internet tidak mengharuskan pertemuan
langsung antara dosen dan mahasiswa sehingga setiap konsultasi atau tanya jawab
materi kuliah dapat dilaksanakanan melalui pengiriman pesan via email.
Sekalipun Internet begitu cepat merasuk ke dalam
kehidupan manusia modern,namun baru akhir-akhir ini para pendidik menyadari
kemungkinan memanfaatkan potensi yang terkandung di dalamnya untuk kepentingan
pengajaran bahasa asing. Bagian ini berusaha membahas secara ringkas keunggulan
dan keuntungan dalam pemanfaatan teknologi ini dalam pengajran bahasa. Internet
telah digunakan oleh sejumlah guru bahasa secara kreatif, terutama pada awalnya
dengan menggunakan fasilitas ‘surat elektronik’ (elektronic-mail, biasa
disingkat e-mail), yang merupakan salah satu ciri khas Internet., misalnya
telah menguji coba penggunaan surat elektronik (sutronik) dalam mengajarkan
mata kuliah English Correspondence.
Ternyata penggunaan sutronik dapat mendorong
pembelajaran untuk menggunakan komputer dalam situasi yang realistik dan
otentik dalam rangka membangun keterampilan berpikir dan berkomunikasi.
Sutronik mudah diguakan, bahkan mereka yang selama ini bersikap tidak acuh
terhadap teknologi komputer dapat mempelajarinya dalam ‘sekejab mata’.
Pemakaian sutronik bahkan juga dapat menjadi sebuag ‘forum’ bagi mahasiswa yang
pemalu dalam mengekspresikan diri atau bertanya, karena ‘kerahasiaan’ dan
‘privasi’ ini surat mereka lebih terjamin.
Seringkali mereka yang malu mengekspresikan diri dalam
kelompokknya lebih unggul dalam menulis. Karena berbagai kemudahan dan
fasilitas yang ada dalam komputer, mahasiswa (pemalu) tidak hanya mampu menulis
lebih banyak dalam kurun waktu yang sama (dibandingkan dengan cara
konvensional) tetapi juga membuat mereka cenderung untuk melahirkan pikiran
secara terbuka tanpa keragu-raguan. Hal ini membuat terbentuknya rasa percaya
diri dan meningkatkan kemampuan menulis mereka (Gonzalez-Bueno, dalam Radjab,
1998).
Kroonenberg (1995), juga menggunakan sutronik dalam
kelas-kelas bahasa di Sekolah Internasional Hong Kong (HK International School).
Untuk membisakan siswa dengan penggunaan komputer, Koonenberg terlebih dahulu
membentuk sebuah ‘buletin elektronik’ (dalam Internet dikenali sebagai Bulletin
Board System atau BBS) dimana setiap siswa diminta untuk menulis bebas di
dalamnya. Selanjutnya setia siswa didorong untuk memberikan tanggapan terhadap
tulisan-tulisan yang muncul dalam BBS. Tentu saja ini memungkinkan terciptanya
kegiatan yang berlipat ganda, baik dalam jumlah maupun jenisnya, karena setiap
siswa tidak hanya menulis karangannya sendiri tetapi juga menanggapi tulisan
dari teman-temannya. Interaksi yang terjadi tidak hanya sangat menarik bagi
siswa tetapi juga bagi guru, apalagi jika kemudian melibatkan kelompok-kelompok
siswa dari kelompok umur yang berbeda.
Setiap siswa, setelah membaca otomatis akan sampai
pada setiap siswa lainnya sehingga semua pendapat dapat
‘disuarakan’ dan ‘didengar’ oleh peserta lainnya dalam kadar yang nyaris sama.
Hal ini tentu tak sepenuhnya dapat dilakukan dalam kelas-kelas biasa yang
menggunakan cara-cara konvensional. Berbagai keuntungan penggunaan sutronik
dalam pengajaran bahasa, baik yang berkaitan dengan masalah penghematan
pembiayaan kegiatan maupun tentang teknis pemenfaatan sutronik. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa pemanfaatan teknologi ini sanggup mendorong pembelajar untuk
mengembangkan gagasan tentang suatu topik, disamping juga memungkinkan mereka
untuk menulis bebas, dan semuanya itu dalam
suatu suasana yang alami dan kompetitif, suatu hal
yang sering kali tidak mudah menciptakannya dalam kelas-kelas konvensional.
Sutronik juga dapat digunakan dalam berbagai bentuk format diskusi dan bahkan
‘koperensi’, tanpa kendala jarak dan waktu. Sebagai contoh, Kroonenberg
terkandang menawarkan dalam BBS topik menarik yang tengah hangat dibicarakan
untuk dibahas lebih lanjut oleh siswanya.
Belajar tidak lagi dirasakan sebagai suatu kegiatan
sadar, tetapi sebagai interaksi alami yang sesungguhnya. Belajar cara ini mendekatkan
siswa pada kehidupan sebenarnya. Komentar seorang siswa tentang kegiatan ini:
“saya senang sekali nimbrung di BBS karena topik-topiknya demikian menarik dan
saya punya banyak gagasan dan pendapat tentang hal itu”.
‘Ngerumpi’ juga bisa dilakukan melalui sutronik. Dalam
hal ini, dua atau lebih siswa didorong untuk ‘omong-omong’ tentang berbagai
topik atau isyu. Misalnya mereka diminta ‘berdebat’ tentang isyu yang
kontroversial seperti ‘pacaran sembari belajar’ atau ‘haruskah merokok dolarang
di tempat-tempay umum?’, dan lain sebagainya. Pengalaman-pengalaman ini
merangsang kominikasi otentik, bukan komunikasi tiruan seperti yang biasa
diciptakan di dalam kelas-kelas tradisonal.
Semua ini menyumbang untuk dalam pembentukan
keterampilan-keterampilan komunikasi yang khusus seperti berargumentasi,
meyakinkan atau mempertahankan ide masing-masing. Berbeda dengan ngerumpi
secara tatap muka (lisan), kegiatan ngerumpi tertulis ini memberikan kesempatan
yang luas bagi peserta untuk berpikir, mengkonstruksi, mengacu pada bahan-bahan
lain, dan lain sebagainya. Ketika ia menyusun argumentasinya karena ia tidak
lagi begitu terikat pada waktu untuk merespon. Di damping itu dalam
mengekspresikan diri ia boleh mengerahkan seluruh kemampuan bahasanya, ini juga
dimungkinkan karena lebih bebasnya ia dari dimensi waktu. Sementara berdiskusi
atau berdebat, siswa dapat didorong untuk memanfaatkan lautan informasi dalam
berbagai listservis , yaitu semacam
jaringan khusus ‘paguyuban’ yang membahasa masalah-masalah tertentu, yang
tersebar di seluruh dunia (via Internet). Listserver ini menerima dan
mengirimkan kembali sutronik dari anggota kepada seluruh peserta paguyuban,
lengkap dengan ‘subyek’ masing-masing sehingga peserta dapat memilih topik yang
diinginkannya. Sutronik juga digunakan untuk komunikasi jarak jauh dengan siswa
di negara lain. Chang (1993) melakukan kajian tentang potensi penggunaan
sutronik untuk memperbaiki kemampuan menulis dalam bahasa target. Tujuan kajian
adalah untuk memberikan konteks alami dalam menulis, membantu mereka
mengembangkan gagasan dalam membaca/memahami kawasan konten (content-area) dan
menulis fungsional melewati batas-batas kultural, membiasakan
siswa dengan telekomunikasi
terhadap akuisisi bahasa tulisan (Davis & Chang,
1994). Dalam kajian ini Chang melibatkan mahasiswa S1 dari Taiwan’s National Kaohsiung Normal University (NKNU)
dan mahasiswa Iniversity of North Carolina at Charlotte (UNCC) dalam sebuah
koperensi jarak jauh (teleconference) selama 8 minggu. Pada langkah 1, para mahasiswa
diminta menulis sutronik satusama lain berisikan perkenalan dan satu fokus
mengenai pengalaman belajar bahasa Inggris mereka serta masalah-masalah yang
berkaitan dengan pengalaman tersebut. Pada langkah 2 dan 3 mahasiswa diminta
untuk memakai buku teks The History of English Language yang mereka gunakan
untuk menyampaikan bagian-bagian yang menarik dari bahasa Inggris (misalnya connotations spelling dll). Langkah ke-4 dan
ke-5 diminta untuk bekerja dengan bagian tertentu dari isi buku untuk mengomentari
penggunaan kata ganti (pronoun), penggunaan makna dan struktur sintaksisnya.
Dalam langkah terakhir, kedua kelompok mahasiswa mengumpulkan contoh-contoh slang
dan idiom yang digunakan dalam filem-filem dan musik di negari masing-masing. Pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan hal-hal tersebut dipertanyakan dan ditanggapi oleh masing-masing
kelompok.
Davis dan Chang (1994) mengungkapkan bahwa begitu
penulis dari kedua belah pihak mulai berbagi pertanyaan dan tanggapan,
olok-olok (jokes) mulai muncul, menandai hadirnya suasana yang lebih akrab.
Kehadiran jokes tentu saja membutuhkan
penguasaan bahasa yang lebih tinggi karena kelucuan yang terkandung di dalamnya
tidak begitu saja dapat dipahami sehubungan dengan sifat antar budayanya. Dan
ternyata kemampuan baca tulis mahasiswa berubah dengan cepat. Kajian selama
konperensi tersebut memperlihatkan bahwa kemampuan menulis mahasiswa meningkat
pesat, baik dalam bereksperensi maupun dalam pengorganisasian gagasannya.
2.
Media kerjasama (collaboration)
Penelitian bersama, membuat makalah dan konsul tasi dari beberapa masalah dapat dicarikan solusinya lewat
jaringan internet. Banyak penelitian dan hasil observasi yang dipublikasikan
lewat internet sangat memudahkan para pelajar untuk merujuk atau mengutip sebagian
hasil penelitian tersebut.
Hal ini sangat berbeda dengan jaman dahulu yang selalu mengandalkan buku
perpustakaan untuk merujuk pada sebuah penelitian atau makalah. Sehingga akses
informasi dahulu sangat lambat dan mahal.
Di samping keunggulannya dalam komunikasi, seperti
disebutkan sebelumnya, Internet dapat digunakan untuk mengakses dan memanggil
informasi yang tak terkirakan jumlahnya, tersebear diseluruh penjuru dunia.
Jaringan komputer Sedunia (World Wide Web) karenanya merupakan sebuah
perpustkaan elektronik raksasa di ujung jari, yang menyediakan informasi
seluruh dunia bagi pembelajaran. Salah satu informasi yang amat penting bagi
pembelajran bahasa asing, yang sering kali tidak tersedia dalam lingkungan
mereka adalah informasi tentang konteks kultural serta bagaimana bahasa target
sesungguhnya digunakan sehari-hari. Melalui Internet, kehausan pembelajaran
dalam kedua jenis informasi ini dapat dipenuhi. Baik melalui info yang
dikandung oleh jutaan ‘homepage’ maupun dengan kontak langsung dengan penutur
asli melalui sutronik (secara individual maupun via ‘paguyuban’), berbagai
bentuk informasi yang diperlukan dapat diperoleh. Kemajuan teknologi Internet
juga telah menyediakan ‘mesin pencari’ (search-engine) yang dengan cepat menemukan
situs-situs yang mengandung ‘kata kunci’ yang dicari, sehingga seorang penjelajah
info tidak perlu mati tenggelam dalam lautan tersebut.
Internet dapat pula digunakan oleh
pembelajar untuk memajang karyanya sendiri seperti esai, sajak atau cerita.
Berbagai sekolah di negara maju telah menggunakan JKS untuk memajng karya
siswa-siswa agar bisa diakses oleh siapa saja dari manapun dan kapan saja.
Siswa, dengan demikian tidak hanya menjadi pemakai tetapi juga penyumbang. Mike
(1996) mengytarakan bahwa penggunaan Internet dapat menghasilkan kemajuan
berpikir yang lebih tinggi tingkatannya. Seorang siswa yang diminta untuk mencari
sejemput informasi tertentu di JKS, misalnya memerlukan keterampilan logika
agar berhasil. Begitu ia berhasil menemukan situs-situs yang berisikan informasi
tersebut, hasilnya harus diseleksinya (mengingat demikian banyaknya informasi
yang tersedia) melalui keterampilan membaca selintas (scanning), membuang (discarding),
memilah dan mengambil (sebagaian atau seluruhnya) dengan mengerahkan seluruh
keterampilan evakuatifnya agar ia betul-betul hanya memperoleh informasi yang
inginkan. Butir-butir informasi ini kemudian harus disusun kembali untuk
membentuk suatu keutuhan, tentu saja dengan menggunakan keterampilan sintesis –
suatu keterampilan yang konon terbilang masih langkah dalam dunia pendidikan
Indonesia. Kegiatan seperti ini memungkinkan siswa untuk mengerahkan seluruh
strategi dan keterampilan membacanya di samping mengembangkan strategi
berpikir.
Seperti disebut terdahulu, penggunaan Internet
mengandung sifat otentik dalam tujuan-tujuannya. Di samping merupakan suplemen
bagi bahan bacaan, terutama yang muktahir, sewaktu siswa merancah ke dalam
dunia virtual itu, mereka sebenarnya bertualang dalam dunia yang sesungguhnya
(otentik). Petualangan itu bahkan dapat membawanya ke dalam hal-hal baru tanpa
disengaja karena mereka berhadapan dengan demikian banyaknya informasi dengan
keragaman yang tak terduga. Jika ia kemudian melanjutkan dengan berkomunikasi
dengan penutur asli, ia tidak hanya berhadapan dengan hal-hal yang otentik,
tetapi ia juga dapat membandingkan perspektifnya tentang berbagai isyu yang
menarik memungkinkannya untuk melatih beberapa keterampilan khusus lain seperti
bernegosiasi, menghargai (pendapat orang lain), mengajak/meyakinkan orang lain, menjelaskan
maksud, meminta info lebih lanjut), tetapi juga memungkinkannya.melibatkan diri
dalam diskusi kehidupan otentik yang sesungguhnya.
Kegiatan yang dilakukan secara terpadu ini jelas
menyentuh kawasan efektif, suatu kawasan yang sering tak tersentuh dalam PBM
kelas-kelas konvensional. Kegiatan ini juga, tanpa bisa diingkari akal sehat,
secara mantap akan membentuk keterampilan sosial yang lebih mantap dalam diri
siswa dan ini juga pada gilirannya akan menuju pada kerja sama berlandaskan
persahabatan dan saling pengertian dan dengan sendirinya komunikasi antar
peserta akan meningkat pesat sehingga melahirkan suatu masyarakat baru,
masyarakat masa depan yang terbatas dari belenggu batas-batas negara dan chauvinism (kesempitan pikiran). (Bukankah
semua manusia adalah keturunan Adam dan Hawa?).
Hal lain yang perlu diulas sedikit
di sini adalah tentang terdapatnya berbagai kemungkinan pengayaan pengalaman
siswa berkaitan dengan ‘pembelajaran secara sadar’ terhadap bahasa target
melalui Internet. Ini dimungkinkan karena terdapat banyak situs yang menyajikan
beragam pelajaran dan latihan dan tes bahasa secara sangat menarik sehingga
siswa dapat belajar dan berlatih secara intensif di depan komputer
masing-masing (akankah di suatu hari kelak guru bahasa digantikan oleh ‘guru
virtual’ yang lebih menarik, efesien dan efektif ini? Sangat mungkin, jika ia tetap
membiarkan dirinya tenggelam dalam tradisi masa lalunya). Siswa dapat melanglang
buana ke situs-situs bahasa yang menyajikan berbagai wacana, latihan gramatika,
latihan lafal yang memungkinkan melalui kemampuan multimedia dari Internet
dewasa ini, latihan kosakata dan lain sebagainya. Di negara-negara yang sudah
memanfaatkan Internet sebagai medium pengajaran bahasa, guru-guru bahasa buhkan
memberikan pada siswanya akamat URL dari situs-situs yang berguna baik bagi
pembelajar maupun guru bahasa (Paramkas, 1993). Banyak guru kini kian menyadari
bahwa akses ke Internet secara amat menyakinkan meningkatkan keterampilan
pemanfaatan komputer di samping pengalaman-pengalaman konseptualnya, suatu
keterampilan yang amat vital dalam kehidupan abad ini dan seterusnya.
Tantangan dan Kendala
Tidak adil kalau bicara keunggulan tanpa menengok
kelemahan suatu sistem. Bagian ini berusaha menggambarkan secara ringkas
kendala utama yang mungkin dihadapi dalam peralihan ke dalam sistem ini,
diikuti dengan kemungkinan penanggulangannya. Di Indonesia, kendala utama
tentunya berkaitan dengan ketersediaan peralatan namun dengan meningkatnya
kesadaran terhadap manfaat media ini, mudah-mudahan secara bertahap kendala ini
dapat diatasi. Kenyataan bahwa Internet kian populer di kalangan anak muda
merupakan titik awal yang baik.
Kenyataan bahwa kebanyakan sekolah di kota telah
mempunyai perangkat komputer adalah hal yang mengembirakan. Dengan peralatan
yang ada dan minat siswa yang tengah menggebu, guru dan Kepala Sekolah
sebenarnya perlu satu langkah lagi, yaitu menyediakan sebuah modem (yang tidak
terlalu mahal harganya) dan berlangganan Internet (dengan ongkos sekitar Rp.
20.000,- per bulan). Nah, dengan memanfaatkan telepon sekolah (pada jam-jam
tertentu) guru dan para siswa siap ‘berkeliling dunia’. Berkaitan dengan biaya
pulasa telepon, sekalipun Internet hanya menggunakan pulsa lokal yang murah,
memang diperlukan pengendalian penggunaan yang rapi selagi PT. Telkom masih
mengutamakan keuntungan komersial. Di Australia, sebuah negara
yang konon berlipat kali lebih kaya rakyatnya dari rakyat Republik tercinta ini,
perusahaan telekomnya tidak menghitung pulsa berdasarkan waktu penggunaan untuk
hubungan lokal, tetapi hanya menghitung jumlah kali kontak saja. Ini memungkinkan
setiap orang yang akses ke Internet untuk membiarkan komputernya ‘on-line’ sepanjang
hari tanpa khawatir hitungan pulasanya membekak. Tapi tentu saja ini
dimungkinkan karena adanya perbedaan budaya pemakaian telepon di kedua negara.
Orang Australia berbicara seperlunya saja, apalagi di telepon, mereka jelas tidak
mempunyai keterampilan bertele-tele dan juga tidak punya waktu untuk berleha-leha.
Tahun berapakah orang Indonesia berhenti ‘ngerumpi’ atau ‘berpacaran’ lewat
telepon? Namun demikian, sekiranya penggunaan Internet di sekolah-sekolah kelak
telah menjadi komitmen nasional (mudah-mudahan dalam waktu dekat), tidak
mustahil akhirnya didapat kesepakatan agar PT. Telkom mulai menjalankan fungsi
sosialnya dengan menghitung pulsa lokal sperti Australia. Atau paling tidak
memperlakukan setiap telepon yang digunakan untuk Internet dengan sistem
penghitungan pulsa seperti itu.
Kendala lain bersifat teknis. Sekalipun hubungan
elektrolis menjanjikan kecepatan yang amat fantastis, namun situs-situs
tertentu yang banyak diminati sering kali ‘diakses’ terlalu banyak pengunjung
sehingga mereka terpaksa antrian. Hal ini terkadang cukup menggannggu dan
membosankan (dan Indonesia ini berarti pulsa). Apalagi jika komputer yang
digunakan masih menggunakan prosesor yang lamban atau modemnya tidak
berkecepatan tinggi atau saluran teleponnya penuh distorsi. Penanggulangan dari
masalah ini membutuhkan kecermatan dan tentu saja biaya, namun kita percaya
bahwa perkembagan teknologi yang pesat akan cepat dapat mengatasi
masalah-masalah tersebut dengan biaya yang lebih murah, karena teknologi yang
telah sedikit ketinggalan cenderung diobral, dari pada terbuang percuma.
Kurangnya pengetahuan dan keterampilan komputer juga
dapat menjadi kendala namun pengembangan perangkat lunak akhir-akhir ini yang
lebih berorientasi obyek (object oriented) sangat membantu mempermudah
penggunaan baik perangkat lunak maupun perangkat lain. Sistem Windows yang
menggunakan lambang-lambang gambar (icon) juga membuat mereka yang ‘buta
komputer’ dapat cepat menikmati teknologi ini, sehingga nyaris tak ada sisi
yang sukar bagi mereka yang berminat.
Namun demikian, agar menyajikan hal-hal yang esensial
dengan tujuan akhir kemampuan mengembangkan secara mandiri di pihak siswanya. Masalah
lain adalah kendala sensor yang di Indonesia merupakan hal yang
amat penting. Di dalam maya Internet, setiap orang
bebas bertualangan ke mana saja. Karena itu situs-situs terntentu yang
mengandung hal-hal yang mengancam ‘keutuhan bangsa dan lainsebagainya’ tentu
harus diblokir. Guru tentu harus berperan dalam mengawasi siswa agar tidak
terjerumus ke dalam ajaran ‘sesat’ atau hal-hal tabu lainnya.
Penutup
Internet mengandung potensi pendidikan yang sangat
besar, termasuk dalam pengajaran bidang pengajaran bahasa asing. Karena
kemampuan interaktif dan multimedianya Internet dapat digunakan sebagai medium
pengajaran bahasa yang sangat efisien dan efektif. Berbagai lembaga yang telah
menggunakan Internet dalam proses pendidikan mereka menemukan banyak keunggulan
Internet dalam membentuk ketrampilan dan meningkatkan pengetahuan dan daya
nalar siswa. Dalam konteks jangkauan, Internet sangat unggul dalam arti dapat
menjangkau bagian dunia manapun tanpa dibatasi lagi oleh dimensiruang dan
waktu. Dari sisi ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan Internet jauh lebih
murah dari pada media lainnya yang telah tersedia. Internet tidak hanya dapat
menjadi perpustakaan virtual raksasa yang menyimpan imformasi (mutakhir) dalam
jumlah tak terkira, tetapi juga menjadi sarana komunikasi dalam kehidupan yang
semakin mengglobal. Indonesia, sebagai sebuah negara besar yang penduduknya
tersebar di ribuan pulau, sudah sepatutnya menyadari manfaat penggunaan
Internet sebagai media pengajaran dan pendidikan.
Sedangkan para guru perlu mempelajari dan memanfaatkan
teknologi
hipermedia untuk pembelajaran, tidak saja karena
teknologi ini jauh lebih murah (karena mampu menghimpun berbagai media
pembelajaran dalam satu mesin komputer yang harganya selalu turun) tetapi juga
karena teknologi ini akan merupakan media utama di masa depan. Teknologi ini
merupakan dampak positif yang besar baik bagi proses instruksional dipihak guru
maupun proses belajar di pihak siswa. Teknologi hipermedia merupakan alat yang
sangat efektif, efesien dan ‘powerful’ bagi guru dan siswa jika guru tahu
memanfaatkannya dan dapat membimbing siswanya dalam penggunaannya. Hipermedia
dapat membuahkan hasil belajar yang lebih baik jika digunakan secara
semestinya. Untuk semuanya itu, guru juga harus mampu menilai piranti lunak
hipermedia yang banyak dipasarkan oleh para pembuat perangkat lunak.
Referensi
Muhammad
Isnaini, Http//Www.Muhammadisnain.Blogspot.Com,
Pemanfaatan Internet Dan Multi Media Dalam Pembeljaran Di Sekolah : Antara
Peluang Dan Tantangan Dosen Fakultas Tarbiyah Iain Raden Fatah
Alexander I.
Chuchalin Elena A. Danilova Tomsk, The Breakthrough of the Internet to Empower
ESP Teaching and Learning at Tomsk Polytechnic University* Polytechnic
University 30 Lenin Avenue, Tomsk 634034, Russia
Mary J.
Granger, A developmental model for distance learning using the Internet Katia
Passerini*, Department of Management Science, School of Business and Public
Management, The George Washington University, Washington, DC 20052, USA Received
19 July 1999; accepted 27 September 1999
Jufriadif
Na`Am, S.Kom, Laporan Penelitian, Pemberdayaan Internet Dalam Mendapatkan
Materi Bahan Ajar Pada Universitas Putra
Indonesia “Yptk” Padang
Megan
Mistler-Jackson, Nancy Butler Songer, Student Motivation and Internet
Technology:
Are Students
Empowered to Learn Science? School of Education, Campus Box 249, University of
Colorado at Boulder, Boulder, Colorado 80309
Tidak ada komentar:
Posting Komentar