Kamis, 02 Januari 2014

MANFAAT INTERNET UNTUK PEMBELAJARAN





PEMANFAATAN INTERNET DALAM PENDIDIKAN


 Pengantar
Dekade terakhir ini perkembangan yang pesat dalam teknologi Internet telah mulai merasuk ke Indonesia. Sekalipun masih barang baru,  Internet ternyata dapat berkembang dengan pesat, terlihat dari jumlah perusahaan yang bergerak dalam industri jasa Internet ini. Pengaruh dari teknologi ini mulai dirasakan dalam hampir semua aspek dari sektor pendidkan, bisnis dan ekonomi. Dalam dunia pendidikan dan politik disinyalir bahwa kelompok-kelompok mahasiswa proreformasi telah memanfaatkan Internet dan e-mail untuk berkomunikasi dan  mengkoordinasikan gerakan mereka di seluruh pelosok tanah air, sehingga perjuangan mereka berhasil melengserkan Soeharto dari  kekuasaannya dalam waktu yang menakjubkan singkatnya

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat pesat telah berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. Sampai saat ini, menurut Alvin Toffler, perkembangan tersebut telah mencapai gelombang yang ketiga. Gelombang pertama timbul dalam bentuk teknologi pertanian, dimana era pertanian ini telah berlangsung selama ratusan ribu tahun yang lalu bahkan sampai sekarang. Gelombang kedua timbul dalam bentuk teknologi industri, era industri ini telah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu sampai sekarang. Kini, gelombang ketiga yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi elektronika dan informatika. Perubahan dari era industri ke era informasi (global) ini hanya berlangsung dalam hitungan waktu tidak lebih dari setengah abad (Dryden dan Voss, 1999).

Pemanfaatan teknologi untuk pendidikan
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk sesuai dengan fungsinya dalam pendidikan. Fungsi teknologi informasi dan Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan sudah menjadi keharusan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Berbagai aplikasi teknologi informasi dan komunikasi sudah tersedia dalam masyarakat dan sudah siap menanti untuk dimanfaatkan secara optimal untuk keperluan pendidikan. Pada kondisi riil, teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan nantinya berfungsi sebagai gudang ilmu, alat bantu pembelajaran, fasilitas pendidikan, standar kompetensi, penunjang administrasi, alat bantu manajemen sekolah, dan sebagai infrastruktur pendidikan Pemanfaatan TIK untuk Pembelajaran. Ada berbagai tren yang berkembang dalam pemanfaatan TIK khususnya dalam konteks sekolah, tentunya dengan memperhatikan ketersediaan dan kemudahan akses sumber belajar online. Berikut ini adalah tren yang berkembang sebagaimana disarikan dari artikel Newer Technologies for the Learning Society (C.Villanueva, 2000).
1.      Secara umum, pengintegrasian secara penuh TIK kedalam pendidikan masih sangat terbatas. Multimedia interaktif atau hypermedia belumlah dimanfaatkan secara meluas. Aktivitas Online melibatkan internet dan intranet lebih banyak digunakan untuk keperluan komunikasi daripada sarana pendidikan interaktif.

2.      Model pembelajaran campuran yang baru mulai muncul. Pembelajaran tatap muka dan aktivitas belajar online, video, multimedia dan sarana telekomunikasi menunjang berbagai proses pembelajaran, kadangkala dalam bentuk kombinasi dan kadangkala dalam bentuk yang lebih terintegrasi.

3.      Pendidikan jarak jauh sekarang disajikan dalam dua cara yaitu synchronous mode dimana peserta menggunakan TIK untuk berkomunikasi pada waktu yang bersamaan dan asynchronous mode di mana para peserta belajar atau berkomunikasi secara mandiri pada waktu yang berbeda kapan saja mereka online (anytime-anywhere learning). Dalam kenyataannya pertemuan tatap muka atau interakasi (synchronous) masih diperlukan untuk menunjang belajar mandiri dan asynchronous agar belajar dapat lebih efektif. TIK memfasilitasi interaksi tingkat tinggi antara siswa, guru, dan materi pembelajaran berbasis komputer. Komunikasi dapat dinamis dan bervariasi sesuai keinginan siswa dan guru, dan ia dapat terjadi dalam berbagai bentuk seperti e-mail, mailing list, chat, bulletin board, and konferensi komputer.

4.      TIK sudah menjadi suatu daya penggerak perubahan bidang pendidikan dan mereka adalah suatu bagian integratif dari kebijakan dan rencana pendidikan nasional. Bukti yang berkembang menunjukkan semakin banyak negara yang mulai melengkapi sekolah mereka dengan komputer untuk mencapai reformasi sekolah atau usaha peningkatan sekolah atau bahkan untuk memberi sekolah mereka suatu penampilan modern dan bertenologi. Bagaimanapun, dalam posisi ini banyak pendidik yang melihat teknologi online sebagai suatu jalan untuk pengajaran, pelajaran, dan praktek penguasaan baru, hanya mempunyai sedikit informasi tentang potensi dan penggunaan otentik dari ICT dalam pendidikan. Pengalaman menunjukkan bahwa pengenalan tentang teknologi di sekolah mengalami tiga fasa, yakni suatu tahap penggantian di mana praktek tradisional masih terjadi tetapi teknologi baru digunakan; suatu tahap transisi di mana praktek baru mulai muncul dan praktek lama dipertanyakan; dan suatu tahap transformasi di mana teknologi memungkinkan praktek baru dan praktek lama menjadi usang. Jika pendidik meminta dengan tegas atas penggunapan TIK sebagai pengganti praktek yang ada, mereka tidak dapat berperan untuk memecahkan permasalahan di bidang pendidikan yang saat ini mereka temui.

5.      Pengenalan TIK di sekolah telah membawa suatu sikap yang lebih positif terhadap sekolah pada diri siswa. Karena TIK dan belajar berbasis web menawarkan keaneka ragaman yang lebih besar dari tujuan, proyek, aktivitas, dan latihan dalam pembelajaran dibanding kelas tradisional, minat dan motivasi siswapun meningkat secara nyata. Para guru dan siswa terangsang karena pengajaran menjadi lebih dinamis yang memperluas visi mereka seperti halnya akses ke bahan belajar dan perangkat lunak bidang pendidikan yang bermutu tinggi. Lebih dari itu, para guru kelihatannya termotivasi untuk mengajar dengan lebih kreatif. Portal pembelajaran menghubungkan para guru kepada sejumlah racangan pelajaran, panduan guru, dan soal-soal latihan siswa yang ditempatkan di Internet oleh institusi pemerintah, LSM, dan institusi pendidikan.

6.      Kelas online cenderung untuk menjadi lebih sukses jika TIK dikombinasikan dengan suatu ilmu pendidikan yang tepat. Gelanggang pendidikan dari pembelajaran online masih sangat muda. Saat banyak institusi yang menawarkan kursus online, pemahaman mendalam tentang isu pedagogis yang berhubungan dengan pendidikan online masih belum diselidiki secara mendalam. Banyak kursus online yang hanya halaman web dikombinasikan dengan e-mail dan ruangan chatting tanpa landasan pedagogis. Pengalaman-pengalaman sukses menunjukkan bahwa telah ada suatu penurunan dari aktivitas dipandu guru seperti halnya penurunan jumlah pembelajaran tatap muka dan bergerak ke arah aktivitas yang berbentuk proyek dan pembelajaran mandiri sebagai hasil pemanfaatan TIK.

7.      Pembelajaran online memungkinkan siswa mempunyai kendali lebih besar terhadap kegiatan dan isi pembelajaran. Lingkungan online mennempatkan siswa di tengah-tengah pengalaman belajar. Pada pembelajaran tradisional, pengulangan digunakan berkali-kali dengan memperkenalkan informasi yang sangat serupa dalam format berbeda atau dengan menanyakan pertanyaan yang sama dengan cara yang berbeda. Padahal banyak siswa tidak suka latihan yang berulang-ulang. Internet mendorong siswa untuk menggali informasi dan contoh praktis. Hypermedia dan multimedia memudahkan pendekatan yang belum pernah terjadi pada pembelajaran tradisional. Internet mempromosikan suatu alternatif jenis belajar dengan melakukan (learning by doing) di manapara siswa diminta untuk melakukan proyek yang berhubungan dengan situasi hidup nyata. Teknologi menyampaikan informasi dengan penekanan pada penciptaan dan explorasi aktif terhadap pengetahuan dibandingkan transfer informasi searah, yang memungkinkan siswa tersebut untuk menggunakan secara penuh kemampuan kognitif mereka sendiri.

8.      Corak interaktif sumber belajar memungkinkan siswa untuk terus meningkatkan keterlibatannya dengan pengembangan isi dan dengan demikian berperan dalam suatu situasi belajar yang lebih otentik. Sebagai contoh, para siswa dapat mengakses perpustakaan maya di seluruh dunia. Dengan demikian mereka mempunyai akses ke sejumlah besar informasi dan sumber belajar yang luas yang tidak dapat dicapai dalam seting pembelajaran yang tunggal. Sejauh yang terkait dengan guru, sejumlah besar sumber belajar yang diletakkan di Internet telah membantu guru dalam menghadapi tantangan mengajar sehari-hari. Para guru dapat saling betukar rencangan pembelajaran, teknik pedagogis, dan strategi yang berhubungan dengan isu-isu dan permasalahan umum.

9.      Pembelajaran online menyediakan perkakas teknis yang membuat belajar lebih mudah. Sebagai contoh, bahasa yang digunakan untuk mencari informasi dan bahan belajar adalah segera dan intuitif. Bahasa tersebut tidaklah harus dipelajari oleh pemakai dan dapat diadopsi dengan usaha minimal. Tatabahasa Dan sintaksis dasar dapat digunakan sebagai instrumen untuk mencari dan memperoleh informasi. Pengintegrasian komunikasi dan authoring tools, bersama dengan alat penghubung click¬to-connect telah berhasil dengan mantap mempermudah proses mengecek email, mengakses data, dan pengaturan atas koneksi konferensi komputer. Teknologi simulasi tau visualisasi dapat membantu siswa untuk belajar sistem yang kompleks dengan cara yang lebih kongkrit. Komunikasi percakapan berbasis komputer (Computer Mediated Chatting = CMC) dan bulletin board dapat melengkapi pertemuan tatap muka.

10.  Pendidikan dan pelatihan guru sekarang meliputi pembelajaran kolaboratif dan just-in¬time. TIK membuka suatu dunia yang utuh dari belajar sepanjang hayat melalui pendidikan jarakjauh, pembelajaran asynchronous, dan pelatihan atas permintaan. TIK cukup fleksibel untuk memperkenalkan kursus baru sebagai jawaban langsung atas permintaan yang semakin meningkat.

11.  TIK membantu memecahkan isolasi profesional yang banyak diderita para guru. Dengan TIK, mereka dapat dengan mudah berhubungan dengan para profesional lain, rekan kerja, penasihat, universitas dan pusat keahlian, dan dengan sumber belajar. Para guru kini menerbitkan bahan belajar yang mereka kembangkan di Internet dan berbagi pengalaman mengajar mereka dengan guru lainnya.

12.  Penggunaan jaringan komputer untuk mempromosikan aktivitas belajar berkelompok menjadi semakin lebih populer. Teknologi komputer dalam pendidikan bergerak dari belajar mandiri ke metode belajar jarak jauh berkelompok. Dengan menggunaan perangkat komunikasi berbasis komputer dan kelompok belajar berbasis web, siswa dapat menerapkan pengetahuan yang dimiliknya dengan mengkombinasikan usaha mereka untuk mengembangkan suatu aktivitas atau proyek. Belajar koperatif melalui komputer mempunyai efek positif atas kinerja tugas kelompok, prestasi individu, dan sikap terhadap belajar kolaboratif.

13.  Universitas sedang memasuki fase kemitraan dengan sektor swasta, terutama sekali industri teknologi informasi, dalam rangka membantu menjaga kelangsungan hidup operasi dan keuangan dari program pendidikan berbasis TIK. Semakin banyak sekolah menyadari bahwa berhubungan dengan sektor bisnis tidak akan mengancam sistem persekolahan. Yang lain melihat suatu keuntungan dalam capitalising atas produk dan jasa pendidikan mereka. Persekutuan belajar di penyampaian produk dapat menawarkan berbagai manfaat, seperti pengurangan biaya-biaya pengembangan latihan, berbagi biaya-biaya penelitian dan pengembangan yang bersama, atau berbagi database dan isi perpustakaan.

14.  TIK meningkatkan fungsi perpustakaan dan mengubah peran pustakawan secara hakiki. Sekolah tidak perlu melanjutkan penderitaan atas kelangkaan pendukung perpustakaan dengan memanfaatkan sumber belajar yang kaya yang tersedia di Internet. Upaya Pemberdayaan Internet untuk pembelajaran Saat ini dunia telah berada dalam era komunikasi instan atau dikenal pula sebagai era informasi. Era informasi ditandai oleh pesatnya perkembangan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK), khususnya komputer dan internet. Internet merupakan jaringan global yang menghubungkan beribu bahkan berjuta jaringan komputer (local/wide areal network) termasuk komputer pribadi (stand alone), yang memungkinkan setiap komputer yang terhubung kepadanya bisa saling melakukan komunikasi satu sama lain. Sebenarnya, internet awalnya lahir untuk suatu keperluan militer di Amerika Serikat. Pada awal tahun 1969 Advanced Research ProjectAgency (ARPA) dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat, membuat suatu eksperimen jaringan yang diberi namaARPAnet untuk mendukung keperluan penelitian (riset) kalangan militer. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya jaringan ini dipergunakan untuk keperluan riset perguruan tinggi, yang dimulai dengan University of California, Stanford Research Institute dan University of Utah (Cronin, 1996).

Fasilitas aplikasi Internet cukup banyak sehingga mampu memberikan dukungan bagi kalangan pendidikan. Dalam kaitan pemanfaatannya untuk pendidikan, Ashby (1972) seperti dikutip oleh Miarso (2004), menyatakan bahwa dunia pendidikan telah memasuki revolusinya yang kelima.
1.      Revolusi pertama terjadi ketika orang menyerahkan pendidikan anaknya kepada seorang guru.
2.      Revolusi kedua terjadi ketika digunakannya tulisan untuk keperluan pembelajaran.
3.      Revolusi ketiga terjadi seiring dengan ditemukannya mesin cetak sehingga materi pembelajaran dapat disajikan melalui media cetak.
4.      Revolusi keempat terjadi ketika digunakannya perangkat elektronik seperti radio dan televisi untuk pemerataan dan perluasan pendidikan.
5.      Revolusi kelima, seperti saat ini, dengan dimanfaatkannya teknologi komunikasi dan informasi mutakhir, khususnya komputer dan internet untuk pendidikan. Revolusi ini memberi dampak terhadap beberapa kecenderungan pendidikan masa depan. Beberapa ciri tersebut, menurut Ashby seperti dikutip oleh Miarso (2004) adalah sebagai berikut:
a.      Berkembangnya pembelajaran di luar kampus sebagai bentuk pendidikan berkelanjutan.
b.      Orang memperoleh akses lebih besar dari berbagai sumber belajar.
c.       Perpustakaan sebagai pusat sumber belajar menjadi ciri dominant dalam kampus.
d.      Bangunan kampus berserak (tersebar) dari kampus inti di pusat dengan kampus satelit yang ada di tengah masyarakat.
e.       Tumbuhnya profesi baru dalam dalam bidang media dan teknologi.
f.        Tuntutan terhadap lebih banyak belajar mandiri.

Kecenderungan lain, seperti diungkapkan oleh Ryan et al (2000) adalah sebagai berikut:
a.       Teknologi yang ada saat ini dapat mentransformasi cara pengetahuan dikemas, disebarkan, diakses, diperoleh dan diukur. Sehingga merubah cara produksi dan penyampaian materi dari cetak dan analog ke dalam bentuk digital dalam bentuk DVD, CD-ROM, maupun bahan belajar on-line berbasis web lainnya.
b.      Orang akan lebih memilih metode belajar yang lebih luwes (flexible), mudah, dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya masing-masing. Sehingga memicu terjadinya pergeseran pola pendidikan dari tatap muka (konvensional) kearah pendidikan yang lebih terbuka. Dengan adanya teknologi internet ini sistem penyampaian dan komunikasi (delivery system and communication) antara siswa dengan guru, guru dengan guru atau siswa dengan siswa dapat dilakukan dengan berbagai bentuk dan cara, baik secara bersamaan (synchronous) maupun (asynchronous). Beberapa bentuk komunikasi yang dapat dilakukan antara lain adalah sebagai berikut (Purbo, 1997):
-          Dialog elektronik (chatting); dialog elektronik adalah percakapan berbasis teks yang dapat dilakukan secara online dalam waktu bersamaan (synchronous) antara dua atau lebih pengguna internet. Contoh aplikasi dalam konteks pendidikan tinggi, dialog elektronik dapat digunakan untuk proses komunikasi antara dosen dengan beberapa orang mahasiswanya dalam mendiskusikan suatu topik perkuliahan tertentu.
-          Surat elektronik (e-mail); surat elektronik merupakan suatu bentuk komunikasi tidak bersamaan (asynchronous) yang memungkinkan terjadinya komunikasi antara mahasiswa dengan dosen atau mahasiswa dengan mahasiswa lain melalui surat yang disampaikan secara elektronik melalui internet. Berbeda dengan chatting, dengan cara ini umpan balik yang diperoleh mungkin tertunda.
-          Konferensi kelompok melalui surat elektronik (mailing list); Mailing list merupakan perluasan dari e-mail dimana seseorang dapat mengirim pesan kepada sekelompok orang tertentu yang telah terdaftar untuk bergabung dalam kelompok diskusi. Sebagai contoh, seorang dosen memiliki daftar mahasiswa yang tergabung dalam kelompok mata kuliah tertentu. Pemberian tugas dan diskusi dapat dilakukan melalui fasilitas seperti ini.
-          Konferensi jarak jauh (teleconference); konferensi jarak jauh dapat berupa konferensi audio maupun konferensi video. Kedua konferensi ini dapat dilakukan dengan cara "point to point" atau "multi point". Cara pertama dilakukan dalam dua tempat. Sedangkan cara kedua dilakukan dalam lebih dari dua tempat. Sebagai contoh, seorang guru dari sekolah tertentu dapat mendiskusikan suatu topik tertentu kepada siswa di beberapa sekolah lain dalam waktu bersamaan. de unique molecule Sebelum menjawab mengapa, terlebih dahulu perlu dijelaskan apa yang dimaksud dengan de unique molecule. Mengingat potensinya yang sangat luar biasa, seperti dijelaskan di atas, de unique molecule hadir sebagai upaya memberdayakan potensi internet untuk kebutuhan pendidikan. Lebih tepatnya, de unique molecule hadir sebagai sebagai salah satu media jaringan sekolah (schoolnet). Jaringan sekolah adalah suatu kegiatan komunitas sekolah (guru, siswa, atau tenaga pendidik dan kependidikan lain) yang dimediasi oleh internet sebagai sarana komunikasi atau bertukar informasi satu sama lain. Terjadinya pertukaran informasi yang mudah dan cepat tanpa terbatas ruang dan waktu melalui program jaringan sekolah ini memungkinkan terjadinya komunitas masyarakat informasi (knowledge-based society) dalam lingkup sekolah. Di masa mendatang diharapkan terjadi jaringan sekolah yang tidak hanya terjadi dalam skala lokal (nasional), tapi dalam skala yang lebih luas, yaitu regional dan internasional. adalah program multi media sederhana yang dikembangkan oleh penulis yang berfungsi sebagai :
1)      wahana komunikasi lintas guru dan siswa;
2)      wadah sumber belajar; dan
3)      wahana berbagi informasi antar guru dan sisa di dunia maya.
Pemanfaatan internet bagi pembelajaran di Indonesia
Pada awalnya penggunaan internet di Indonesia digunakan oleh para pebisnis, internet banyak digunakan untuk memantau perkembangan pasar luar negeri dan alur perdagangan dunia. Tapi jika dirunut secara lebih lanjut, internet pertama kali di kenalkan di Indonesia melalui pendidikan. Anak-anak Indonesia yang belajar di luar negeri maupun yang menempuh studi di dalam negeri banyak menggunakan internet sebagai bahan rujukan tugas dan makalah kuliah mereka. Hal ini didasrkan pada biaya buku cetak yang masih sangat mahal sehingga mereka memilih berkunjung ke perpustakaan elektronik, ada juga yang memanfaatkan internet untuk kursus gratis dan media publikasi bagi penelitian.
Berikut ini adalah beberapa alasan pemanfaatan internet bagi pendidikan sekarang ini :
1.      Akses ke pakar
Konsultasi melalui e-mail, beberapa kemudahan dari akses internet tidak mengharuskan pertemuan langsung antara dosen dan mahasiswa sehingga setiap konsultasi atau tanya jawab materi kuliah dapat dilaksanakanan melalui pengiriman pesan via email.
Sekalipun Internet begitu cepat merasuk ke dalam kehidupan manusia modern,namun baru akhir-akhir ini para pendidik menyadari kemungkinan memanfaatkan potensi yang terkandung di dalamnya untuk kepentingan pengajaran bahasa asing. Bagian ini berusaha membahas secara ringkas keunggulan dan keuntungan dalam pemanfaatan teknologi ini dalam pengajran bahasa. Internet telah digunakan oleh sejumlah guru bahasa secara kreatif, terutama pada awalnya dengan menggunakan fasilitas ‘surat elektronik’ (elektronic-mail, biasa disingkat e-mail), yang merupakan salah satu ciri khas Internet., misalnya telah menguji coba penggunaan surat elektronik (sutronik) dalam mengajarkan mata kuliah  English Correspondence.

Ternyata penggunaan sutronik dapat mendorong pembelajaran untuk menggunakan komputer dalam situasi yang realistik dan otentik dalam rangka membangun keterampilan berpikir dan berkomunikasi. Sutronik mudah diguakan, bahkan mereka yang selama ini bersikap tidak acuh terhadap teknologi komputer dapat mempelajarinya dalam ‘sekejab mata’. Pemakaian sutronik bahkan juga dapat menjadi sebuag ‘forum’ bagi mahasiswa yang pemalu dalam mengekspresikan diri atau bertanya, karena ‘kerahasiaan’ dan ‘privasi’ ini surat mereka lebih terjamin.

Seringkali mereka yang malu mengekspresikan diri dalam kelompokknya lebih unggul dalam menulis. Karena berbagai kemudahan dan fasilitas yang ada dalam komputer, mahasiswa (pemalu) tidak hanya mampu menulis lebih banyak dalam kurun waktu yang sama (dibandingkan dengan cara konvensional) tetapi juga membuat mereka cenderung untuk melahirkan pikiran secara terbuka tanpa keragu-raguan. Hal ini membuat terbentuknya rasa percaya diri dan meningkatkan kemampuan menulis mereka (Gonzalez-Bueno, dalam Radjab, 1998).

Kroonenberg (1995), juga menggunakan sutronik dalam kelas-kelas bahasa di Sekolah Internasional Hong Kong (HK International School). Untuk membisakan siswa dengan penggunaan komputer, Koonenberg terlebih dahulu membentuk sebuah ‘buletin elektronik’ (dalam Internet dikenali sebagai Bulletin Board System atau BBS) dimana setiap siswa diminta untuk menulis bebas di dalamnya. Selanjutnya setia siswa didorong untuk memberikan tanggapan terhadap tulisan-tulisan yang muncul dalam BBS. Tentu saja ini memungkinkan terciptanya kegiatan yang berlipat ganda, baik dalam jumlah maupun jenisnya, karena setiap siswa tidak hanya menulis karangannya sendiri tetapi juga menanggapi tulisan dari teman-temannya. Interaksi yang terjadi tidak hanya sangat menarik bagi siswa tetapi juga bagi guru, apalagi jika kemudian melibatkan kelompok-kelompok siswa dari kelompok umur yang berbeda.

Setiap siswa, setelah membaca otomatis akan sampai pada setiap siswa lainnya sehingga semua pendapat dapat ‘disuarakan’ dan ‘didengar’ oleh peserta lainnya dalam kadar yang nyaris sama. Hal ini tentu tak sepenuhnya dapat dilakukan dalam kelas-kelas biasa yang menggunakan cara-cara konvensional. Berbagai keuntungan penggunaan sutronik dalam pengajaran bahasa, baik yang berkaitan dengan masalah penghematan pembiayaan kegiatan maupun tentang teknis pemenfaatan sutronik. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pemanfaatan teknologi ini sanggup mendorong pembelajar untuk mengembangkan gagasan tentang suatu topik, disamping juga memungkinkan mereka untuk menulis bebas, dan semuanya itu dalam
suatu suasana yang alami dan kompetitif, suatu hal yang sering kali tidak mudah menciptakannya dalam kelas-kelas konvensional. Sutronik juga dapat digunakan dalam berbagai bentuk format diskusi dan bahkan ‘koperensi’, tanpa kendala jarak dan waktu. Sebagai contoh, Kroonenberg terkandang menawarkan dalam BBS topik menarik yang tengah hangat dibicarakan untuk dibahas lebih lanjut oleh siswanya.

Belajar tidak lagi dirasakan sebagai suatu kegiatan sadar, tetapi sebagai interaksi alami yang sesungguhnya. Belajar cara ini mendekatkan siswa pada kehidupan sebenarnya. Komentar seorang siswa tentang kegiatan ini: “saya senang sekali nimbrung di BBS karena topik-topiknya demikian menarik dan saya punya banyak gagasan dan pendapat tentang hal itu”.
‘Ngerumpi’ juga bisa dilakukan melalui sutronik. Dalam hal ini, dua atau lebih siswa didorong untuk ‘omong-omong’ tentang berbagai topik atau isyu. Misalnya mereka diminta ‘berdebat’ tentang isyu yang kontroversial seperti ‘pacaran sembari belajar’ atau ‘haruskah merokok dolarang di tempat-tempay umum?’, dan lain sebagainya. Pengalaman-pengalaman ini merangsang kominikasi otentik, bukan komunikasi tiruan seperti yang biasa diciptakan di dalam kelas-kelas tradisonal.

Semua ini menyumbang untuk dalam pembentukan keterampilan-keterampilan komunikasi yang khusus seperti berargumentasi, meyakinkan atau mempertahankan ide masing-masing. Berbeda dengan ngerumpi secara tatap muka (lisan), kegiatan ngerumpi tertulis ini memberikan kesempatan yang luas bagi peserta untuk berpikir, mengkonstruksi, mengacu pada bahan-bahan lain, dan lain sebagainya. Ketika ia menyusun argumentasinya karena ia tidak lagi begitu terikat pada waktu untuk merespon. Di damping itu dalam mengekspresikan diri ia boleh mengerahkan seluruh kemampuan bahasanya, ini juga dimungkinkan karena lebih bebasnya ia dari dimensi waktu. Sementara berdiskusi atau berdebat, siswa dapat didorong untuk memanfaatkan lautan informasi dalam berbagai  listservis , yaitu semacam jaringan khusus ‘paguyuban’ yang membahasa masalah-masalah tertentu, yang tersebar di seluruh dunia (via Internet). Listserver ini menerima dan mengirimkan kembali sutronik dari anggota kepada seluruh peserta paguyuban, lengkap dengan ‘subyek’ masing-masing sehingga peserta dapat memilih topik yang diinginkannya. Sutronik juga digunakan untuk komunikasi jarak jauh dengan siswa di negara lain. Chang (1993) melakukan kajian tentang potensi penggunaan sutronik untuk memperbaiki kemampuan menulis dalam bahasa target. Tujuan kajian adalah untuk memberikan konteks alami dalam menulis, membantu mereka mengembangkan gagasan dalam membaca/memahami kawasan konten (content-area) dan menulis fungsional melewati batas-batas kultural, membiasakan siswa dengan telekomunikasi
terhadap akuisisi bahasa tulisan (Davis & Chang, 1994). Dalam kajian ini Chang melibatkan mahasiswa S1 dari  Taiwan’s National Kaohsiung Normal University (NKNU) dan mahasiswa Iniversity of North Carolina at Charlotte (UNCC) dalam sebuah koperensi jarak jauh (teleconference) selama 8 minggu. Pada langkah 1, para mahasiswa diminta menulis sutronik satusama lain berisikan perkenalan dan satu fokus mengenai pengalaman belajar bahasa Inggris mereka serta masalah-masalah yang berkaitan dengan pengalaman tersebut. Pada langkah 2 dan 3 mahasiswa diminta untuk memakai buku teks The History of English Language yang mereka gunakan untuk menyampaikan bagian-bagian yang menarik dari bahasa Inggris (misalnya  connotations spelling dll). Langkah ke-4 dan ke-5 diminta untuk bekerja dengan bagian tertentu dari isi buku untuk mengomentari penggunaan kata ganti (pronoun), penggunaan makna dan struktur sintaksisnya. Dalam langkah terakhir, kedua kelompok mahasiswa mengumpulkan contoh-contoh slang dan idiom yang digunakan dalam filem-filem dan musik di negari masing-masing. Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal tersebut dipertanyakan dan ditanggapi oleh masing-masing kelompok.

Davis dan Chang (1994) mengungkapkan bahwa begitu penulis dari kedua belah pihak mulai berbagi pertanyaan dan tanggapan, olok-olok (jokes) mulai muncul, menandai hadirnya suasana yang lebih akrab. Kehadiran  jokes tentu saja membutuhkan penguasaan bahasa yang lebih tinggi karena kelucuan yang terkandung di dalamnya tidak begitu saja dapat dipahami sehubungan dengan sifat antar budayanya. Dan ternyata kemampuan baca tulis mahasiswa berubah dengan cepat. Kajian selama konperensi tersebut memperlihatkan bahwa kemampuan menulis mahasiswa meningkat pesat, baik dalam bereksperensi maupun dalam pengorganisasian gagasannya.

2.      Media kerjasama (collaboration)
Penelitian bersama, membuat makalah dan konsul tasi dari beberapa masalah dapat dicarikan solusinya lewat jaringan internet. Banyak penelitian dan hasil observasi yang dipublikasikan lewat internet sangat memudahkan para pelajar untuk merujuk atau mengutip sebagian hasil penelitian tersebut.
Hal ini sangat berbeda dengan jaman dahulu yang selalu mengandalkan buku perpustakaan untuk merujuk pada sebuah penelitian atau makalah. Sehingga akses informasi dahulu sangat lambat dan mahal.
Di samping keunggulannya dalam komunikasi, seperti disebutkan sebelumnya, Internet dapat digunakan untuk mengakses dan memanggil informasi yang tak terkirakan jumlahnya, tersebear diseluruh penjuru dunia. Jaringan komputer Sedunia (World Wide Web) karenanya merupakan sebuah perpustkaan elektronik raksasa di ujung jari, yang menyediakan informasi seluruh dunia bagi pembelajaran. Salah satu informasi yang amat penting bagi pembelajran bahasa asing, yang sering kali tidak tersedia dalam lingkungan mereka adalah informasi tentang konteks kultural serta bagaimana bahasa target sesungguhnya digunakan sehari-hari. Melalui Internet, kehausan pembelajaran dalam kedua jenis informasi ini dapat dipenuhi. Baik melalui info yang dikandung oleh jutaan ‘homepage’ maupun dengan kontak langsung dengan penutur asli melalui sutronik (secara individual maupun via ‘paguyuban’), berbagai bentuk informasi yang diperlukan dapat diperoleh. Kemajuan teknologi Internet juga telah menyediakan ‘mesin pencari’ (search-engine) yang dengan cepat menemukan situs-situs yang mengandung ‘kata kunci’ yang dicari, sehingga seorang penjelajah info tidak perlu mati tenggelam dalam lautan tersebut.

Internet dapat pula digunakan oleh pembelajar untuk memajang karyanya sendiri seperti esai, sajak atau cerita. Berbagai sekolah di negara maju telah menggunakan JKS untuk memajng karya siswa-siswa agar bisa diakses oleh siapa saja dari manapun dan kapan saja. Siswa, dengan demikian tidak hanya menjadi pemakai tetapi juga penyumbang. Mike (1996) mengytarakan bahwa penggunaan Internet dapat menghasilkan kemajuan berpikir yang lebih tinggi tingkatannya. Seorang siswa yang diminta untuk mencari sejemput informasi tertentu di JKS, misalnya memerlukan keterampilan logika agar berhasil. Begitu ia berhasil menemukan situs-situs yang berisikan informasi tersebut, hasilnya harus diseleksinya (mengingat demikian banyaknya informasi yang tersedia) melalui keterampilan membaca selintas (scanning), membuang (discarding), memilah dan mengambil (sebagaian atau seluruhnya) dengan mengerahkan seluruh keterampilan evakuatifnya agar ia betul-betul hanya memperoleh informasi yang inginkan. Butir-butir informasi ini kemudian harus disusun kembali untuk membentuk suatu keutuhan, tentu saja dengan menggunakan keterampilan sintesis – suatu keterampilan yang konon terbilang masih langkah dalam dunia pendidikan Indonesia. Kegiatan seperti ini memungkinkan siswa untuk mengerahkan seluruh strategi dan keterampilan membacanya di samping mengembangkan strategi berpikir.

Seperti disebut terdahulu, penggunaan Internet mengandung sifat otentik dalam tujuan-tujuannya. Di samping merupakan suplemen bagi bahan bacaan, terutama yang muktahir, sewaktu siswa merancah ke dalam dunia virtual itu, mereka sebenarnya bertualang dalam dunia yang sesungguhnya (otentik). Petualangan itu bahkan dapat membawanya ke dalam hal-hal baru tanpa disengaja karena mereka berhadapan dengan demikian banyaknya informasi dengan keragaman yang tak terduga. Jika ia kemudian melanjutkan dengan berkomunikasi dengan penutur asli, ia tidak hanya berhadapan dengan hal-hal yang otentik, tetapi ia juga dapat membandingkan perspektifnya tentang berbagai isyu yang menarik memungkinkannya untuk melatih beberapa keterampilan khusus lain seperti bernegosiasi, menghargai (pendapat orang lain),  mengajak/meyakinkan orang lain, menjelaskan maksud, meminta info lebih lanjut), tetapi juga memungkinkannya.melibatkan diri dalam diskusi kehidupan otentik yang sesungguhnya.

Kegiatan yang dilakukan secara terpadu ini jelas menyentuh kawasan efektif, suatu kawasan yang sering tak tersentuh dalam PBM kelas-kelas konvensional. Kegiatan ini juga, tanpa bisa diingkari akal sehat, secara mantap akan membentuk keterampilan sosial yang lebih mantap dalam diri siswa dan ini juga pada gilirannya akan menuju pada kerja sama berlandaskan persahabatan dan saling pengertian dan dengan sendirinya komunikasi antar peserta akan meningkat pesat sehingga melahirkan suatu masyarakat baru, masyarakat masa depan yang terbatas dari belenggu batas-batas negara dan  chauvinism (kesempitan pikiran). (Bukankah semua manusia adalah keturunan Adam dan Hawa?).

Hal lain yang perlu diulas sedikit di sini adalah tentang terdapatnya berbagai kemungkinan pengayaan pengalaman siswa berkaitan dengan ‘pembelajaran secara sadar’ terhadap bahasa target melalui Internet. Ini dimungkinkan karena terdapat banyak situs yang menyajikan beragam pelajaran dan latihan dan tes bahasa secara sangat menarik sehingga siswa dapat belajar dan berlatih secara intensif di depan komputer masing-masing (akankah di suatu hari kelak guru bahasa digantikan oleh ‘guru virtual’ yang lebih menarik, efesien dan efektif ini? Sangat mungkin, jika ia tetap membiarkan dirinya tenggelam dalam tradisi masa lalunya). Siswa dapat melanglang buana ke situs-situs bahasa yang menyajikan berbagai wacana, latihan gramatika, latihan lafal yang memungkinkan melalui kemampuan multimedia dari Internet dewasa ini, latihan kosakata dan lain sebagainya. Di negara-negara yang sudah memanfaatkan Internet sebagai medium pengajaran bahasa, guru-guru bahasa buhkan memberikan pada siswanya akamat URL dari situs-situs yang berguna baik bagi pembelajar maupun guru bahasa (Paramkas, 1993). Banyak guru kini kian menyadari bahwa akses ke Internet secara amat menyakinkan meningkatkan keterampilan pemanfaatan komputer di samping pengalaman-pengalaman konseptualnya, suatu keterampilan yang amat vital dalam kehidupan abad ini dan seterusnya.

Tantangan dan Kendala
Tidak adil kalau bicara keunggulan tanpa menengok kelemahan suatu sistem. Bagian ini berusaha menggambarkan secara ringkas kendala utama yang mungkin dihadapi dalam peralihan ke dalam sistem ini, diikuti dengan kemungkinan penanggulangannya. Di Indonesia, kendala utama tentunya berkaitan dengan ketersediaan peralatan namun dengan meningkatnya kesadaran terhadap manfaat media ini, mudah-mudahan secara bertahap kendala ini dapat diatasi. Kenyataan bahwa Internet kian populer di kalangan anak muda merupakan titik awal yang baik.

Kenyataan bahwa kebanyakan sekolah di kota telah mempunyai perangkat komputer adalah hal yang mengembirakan. Dengan peralatan yang ada dan minat siswa yang tengah menggebu, guru dan Kepala Sekolah sebenarnya perlu satu langkah lagi, yaitu menyediakan sebuah modem (yang tidak terlalu mahal harganya) dan berlangganan Internet (dengan ongkos sekitar Rp. 20.000,- per bulan). Nah, dengan memanfaatkan telepon sekolah (pada jam-jam tertentu) guru dan para siswa siap ‘berkeliling dunia’. Berkaitan dengan biaya pulasa telepon, sekalipun Internet hanya menggunakan pulsa lokal yang murah, memang diperlukan pengendalian penggunaan yang rapi selagi PT. Telkom masih mengutamakan keuntungan komersial. Di Australia, sebuah negara yang konon berlipat kali lebih kaya rakyatnya dari rakyat Republik tercinta ini, perusahaan telekomnya tidak menghitung pulsa berdasarkan waktu penggunaan untuk hubungan lokal, tetapi hanya menghitung jumlah kali kontak saja. Ini memungkinkan setiap orang yang akses ke Internet untuk membiarkan komputernya ‘on-line’ sepanjang hari tanpa khawatir hitungan pulasanya membekak. Tapi tentu saja ini dimungkinkan karena adanya perbedaan budaya pemakaian telepon di kedua negara. Orang Australia berbicara seperlunya saja, apalagi di telepon, mereka jelas tidak mempunyai keterampilan bertele-tele dan juga tidak punya waktu untuk berleha-leha. Tahun berapakah orang Indonesia berhenti ‘ngerumpi’ atau ‘berpacaran’ lewat telepon? Namun demikian, sekiranya penggunaan Internet di sekolah-sekolah kelak telah menjadi komitmen nasional (mudah-mudahan dalam waktu dekat), tidak mustahil akhirnya didapat kesepakatan agar PT. Telkom mulai menjalankan fungsi sosialnya dengan menghitung pulsa lokal sperti Australia. Atau paling tidak memperlakukan setiap telepon yang digunakan untuk Internet dengan sistem penghitungan pulsa seperti itu.

Kendala lain bersifat teknis. Sekalipun hubungan elektrolis menjanjikan kecepatan yang amat fantastis, namun situs-situs tertentu yang banyak diminati sering kali ‘diakses’ terlalu banyak pengunjung sehingga mereka terpaksa antrian. Hal ini terkadang cukup menggannggu dan membosankan (dan Indonesia ini berarti pulsa). Apalagi jika komputer yang digunakan masih menggunakan prosesor yang lamban atau modemnya tidak berkecepatan tinggi atau saluran teleponnya penuh distorsi. Penanggulangan dari masalah ini membutuhkan kecermatan dan tentu saja biaya, namun kita percaya bahwa perkembagan teknologi yang pesat akan cepat dapat mengatasi masalah-masalah tersebut dengan biaya yang lebih murah, karena teknologi yang telah sedikit ketinggalan cenderung diobral, dari pada terbuang percuma.

Kurangnya pengetahuan dan keterampilan komputer juga dapat menjadi kendala namun pengembangan perangkat lunak akhir-akhir ini yang lebih berorientasi obyek (object oriented) sangat membantu mempermudah penggunaan baik perangkat lunak maupun perangkat lain. Sistem Windows yang menggunakan lambang-lambang gambar (icon) juga membuat mereka yang ‘buta komputer’ dapat cepat menikmati teknologi ini, sehingga nyaris tak ada sisi yang sukar bagi mereka yang berminat.

Namun demikian, agar menyajikan hal-hal yang esensial dengan tujuan akhir kemampuan mengembangkan secara mandiri di pihak siswanya. Masalah lain adalah kendala sensor yang di Indonesia merupakan hal yang
amat penting. Di dalam maya Internet, setiap orang bebas bertualangan ke mana saja. Karena itu situs-situs terntentu yang mengandung hal-hal yang mengancam ‘keutuhan bangsa dan lainsebagainya’ tentu harus diblokir. Guru tentu harus berperan dalam mengawasi siswa agar tidak terjerumus ke dalam ajaran ‘sesat’ atau hal-hal tabu lainnya.

Penutup
Internet mengandung potensi pendidikan yang sangat besar, termasuk dalam pengajaran bidang pengajaran bahasa asing. Karena kemampuan interaktif dan multimedianya Internet dapat digunakan sebagai medium pengajaran bahasa yang sangat efisien dan efektif. Berbagai lembaga yang telah menggunakan Internet dalam proses pendidikan mereka menemukan banyak keunggulan Internet dalam membentuk ketrampilan dan meningkatkan pengetahuan dan daya nalar siswa. Dalam konteks jangkauan, Internet sangat unggul dalam arti dapat menjangkau bagian dunia manapun tanpa dibatasi lagi oleh dimensiruang dan waktu. Dari sisi ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan Internet jauh lebih murah dari pada media lainnya yang telah tersedia. Internet tidak hanya dapat menjadi perpustakaan virtual raksasa yang menyimpan imformasi (mutakhir) dalam jumlah tak terkira, tetapi juga menjadi sarana komunikasi dalam kehidupan yang semakin mengglobal. Indonesia, sebagai sebuah negara besar yang penduduknya tersebar di ribuan pulau, sudah sepatutnya menyadari manfaat penggunaan Internet sebagai media pengajaran dan pendidikan.

Sedangkan para guru perlu mempelajari dan memanfaatkan teknologi
hipermedia untuk pembelajaran, tidak saja karena teknologi ini jauh lebih murah (karena mampu menghimpun berbagai media pembelajaran dalam satu mesin komputer yang harganya selalu turun) tetapi juga karena teknologi ini akan merupakan media utama di masa depan. Teknologi ini merupakan dampak positif yang besar baik bagi proses instruksional dipihak guru maupun proses belajar di pihak siswa. Teknologi hipermedia merupakan alat yang sangat efektif, efesien dan ‘powerful’ bagi guru dan siswa jika guru tahu memanfaatkannya dan dapat membimbing siswanya dalam penggunaannya. Hipermedia dapat membuahkan hasil belajar yang lebih baik jika digunakan secara semestinya. Untuk semuanya itu, guru juga harus mampu menilai piranti lunak hipermedia yang banyak dipasarkan oleh para pembuat perangkat lunak.


Referensi
Muhammad Isnaini,  Http//Www.Muhammadisnain.Blogspot.Com, Pemanfaatan Internet Dan Multi Media Dalam Pembeljaran Di Sekolah : Antara Peluang Dan Tantangan Dosen Fakultas Tarbiyah Iain Raden Fatah
Alexander I. Chuchalin Elena A. Danilova Tomsk, The Breakthrough of the Internet to Empower ESP Teaching and Learning at Tomsk Polytechnic University* Polytechnic University 30 Lenin Avenue, Tomsk 634034, Russia
Mary J. Granger, A developmental model for distance learning using the Internet Katia Passerini*, Department of Management Science, School of Business and Public Management, The George Washington University, Washington, DC 20052, USA Received 19 July 1999; accepted 27 September 1999
Jufriadif Na`Am, S.Kom, Laporan Penelitian, Pemberdayaan Internet Dalam Mendapatkan Materi Bahan Ajar Pada  Universitas Putra Indonesia “Yptk” Padang 
Megan Mistler-Jackson, Nancy Butler Songer, Student Motivation and Internet Technology:
Are Students Empowered to Learn Science? School of Education, Campus Box 249, University of Colorado at Boulder, Boulder, Colorado 80309


Tidak ada komentar:

Posting Komentar