TUGAS
TUTORIAL
STRATEGI
PEMBELAJARAN
1. Mengapaharus menggunakan strategi
pembelajaran
Jawab
:
Model pembelajaran harus disesuaikan dengan siswa, kondisi sekolah dan
lingkungan, dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan oleh setiap guru
Suryosubroto (1997)
menyatakan bahwa salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan ialah dengan
cara melalui perbaikan proses belajar mengajar, yang didalamnya mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang
berlangsung dalam situasi belajar edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam hal ini guru dituntut untuk menciptakan suasana komunikatif yang edukatif
dengan siswa, baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor, sebagai upaya
mempelajari sesuatu berdasarkan beberapa pokok pikiran sebagai pengetahuan
ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa. Siswa membangun
pengetahuan secara aktif dan guru berusahan mengembangkan kompetensi siswa,
pendidikan adalah interaksi pribadi antarsiswa dan antara siswa dan guru
2. faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan penggunaan strategi/metode belajar adalah sebagai
berikut:
1.
Tujuan Pembelajaran atau Kompetensi Siswa
Tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan
dicapai siswa merupakan faktor utama yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar. Ada beberapa tingkatan dalam
tujuan pembelajaran, tujuan yang paling tinggi yaitu Tujuan Pendidikan Nasional
(TPN), kemudian dijabarkan pada Tujuan Satuan Pendidikan (institusional),
Tujuan Bidang Studi/Mata Pelajaran, dan Tujuan Pembelajaran (Instruksional).
Tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar merupakan
pernyataan yang diharapkan dapat diketahui, disikapi dan atau dilakukan siswa
setelah mengikuti proses pembelajaran. Rumusan tersebut sebagai dasar acuan
dalam melakukan pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan metode mengajar harus
berdasarkan pada tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai siswa.
Tujuan institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga
pendidikan, misalnya SD, SMP, SMA, SMK dan seterusnya. Tujuan bidang studi
adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu mata pelajaran atau suatu bidang
studi, sedangkan tujuan pembelajaran yaitu tujuan yang harus dicapai dalam
suatu pokok bahasa.
2.
Karakteristik Bahan Pelajaran/Materi Pelajaran
Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih metode mengajar adalah karakteristik bahan pelajaran. Ada beberapa
aspek yang terdapat dalam materi pelajaran, aspek tersebut terdiri dari :
a.
Aspek konsep (concept), merupakan
substansi isi pelajaran yangberhubungan dengan pengertian, atribut,
karakteristik, label atau ide dan gagasan sesuatu. Artinya, guru akan memilih
metode mana yang dianggap sesuai jika akan mengajarkan tentang konsep, begitu
juga dengan aspek yang lainnya.
b.
Aspek fakta (fact), merupakan substansi
isi pelajaran yangberhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang lalu, data-data
yang memiliki esensi objek dan waktu, seperti nama dan tahun yang berhubungan
dengan peristiwa atau sejarah.
c.
Aspek prinsip (principle), merupakan
substansi isi pelajaran yangberhubungan dengan aturan, dalil, hukum, ketentuan,
dan prosedur yang harus ditempuh. Aspek proses (process), merupakan substansi
materi pelajaran yang berhubungan dengan rangkaian kegiatan, rangkaian
peristiwa, dan rangkaian tindakan.
d.
Aspek nilai (value), merupakan substansi
materi pelajaran yangberhubungan dengan aspek perilaku yang balk dan buruk,
yang benar dan salah, yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi banyak orang.
e.
Aspek keterampilan intelektual
(intellectual skills), merupakansubstansi materi pelajaran yang berhubungan
dengan pembentukan kemampuan menyelesaikan persoalan atau permasalahan,
berpikir sistematis, berpikir logis, berpikir taktis, berpikir kritis, berpikir
inovatif, dan berpikir ilmiah.
f.
Aspek keterampilan psikomotor
(psychomotor skills), merupakan substansi materi pelajaran yang berhubungan
dengan pembentukan kemampuan fisik.
3. Waktu yang Digunakan
Pemilihan metode
mengajar juga harus memperhatikan alokasi waktu yang tersedia dalam jam
pelajaran, ada beberapa metode mengajar yang dianggap relatif banyak
menggunakan waktu, seperti metode pemecahan masalah, dan inkuiri. Penggunaan
metode ini kurang tepat jika digunakan pada jam pelajaran yang alokasi waktunya
relatif singkat sehingga penguasaan materi tidak akan optimal demikian pula
dengan pembentukan kemampuan siswa.
4. Faktor Siswa(Peserta Didik)
Faktor siswa
merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan metode
mengajar, selain faktor-faktor yang telah dikemukakan di atas. Aspek yang
berkaitan dengan faktor siswa terutama pada aspek kesegaran mental (faktor
antusias dan kelelahan), jumlah siswa dan kemampuan siswa. Guru harus bisa
mengelola pembelajaran berdasarkan jumlah siswa dan harus mengatur tempat duduk
supaya sesuai dengan kondisi siswa dalam belajar. Posisi tempat duduk tidak
harus seperti kelas formal reguler, tetapi bersifat fleksibel dan mendukung
terhadap proses pembelajaran. Demikian pula dengan kemampuan siswa dalam
melakukan proses pembelajaran. Umpamanya dalam proses pembelajaran, guru akan
menggunakan metode eksperimen atau pemecahan masalah maka siswa yang
bersangkutan harus sudah memahami tentang cara belajar eksperimen atau yang
lainnya.
5. Fasilitas, Media, dan Sumber Belajar
Supaya
memperoleh basil belajar yang optimal maka setiap peristiwa pembelajaran harus
dirancang secara sistematis dan sistemik. Prinsip-prinsip belajar yang
dijadikan landasan dalam pembelajaran diantaranya adalah ketersediaan
fasilitas, media, dan sumber belajar. Guru tidak akan memilih metode mengajar
yang memungkinkan menggunakan fasilitas atau alat belajar yang beragam jika di
sekolahnya tidak memiliki fasilitas dan alai belajar yang lengkap. Dalam hal
ini perlu diupayakan, apabila guru dan siswa akan menggunakan alat atau
fasilitas maka guru bersangkutan sebelum pembelajaran harus mempersiapkan
terlebih dahulu. Media pesan lisan (bahasa) harus dapat dipahami siswa sehingga
siswa tidak menimbulkan verbalisme. Pemberdayaan media maupun bahasa yang
digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.
3. Edward L Thorndike (3 hukum
belajar)
1.
Hukum
kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. Menurut Thorndike, ada beberapa kondisi yang akan muncul pada hukum kesiapan ini, diantaranya :
a. jika individu siap untuk bertindak dan mau melakukannya, maka ia akan merasa puas.
b. jika individu siap untuk bertindak, tetapi ia tidak mau melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan.
c. jika belum ada kecenderungan bertindak, namun ia dipaksa melakukannya, maka melakukannya akan menjengkelkan.
Misalnya berdasarkan pengalaman saya selama kuliah di Psikologi yaitu, ketika sudah siap untuk presentasi tetapi dikarenakan dosen tidak hadir maka presentasinya ditunda. Hal ini menyebabkan adanya penurunan dalam belajar untuk mempersiapkan presentasi berikutnya. Karena seperti prinsip hukum kesiapan bahwa ketika individu siap untuk melakukan suatu tindakan tetapi tidak dilakukan maka akan menjengkelkan.
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. Menurut Thorndike, ada beberapa kondisi yang akan muncul pada hukum kesiapan ini, diantaranya :
a. jika individu siap untuk bertindak dan mau melakukannya, maka ia akan merasa puas.
b. jika individu siap untuk bertindak, tetapi ia tidak mau melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan.
c. jika belum ada kecenderungan bertindak, namun ia dipaksa melakukannya, maka melakukannya akan menjengkelkan.
Misalnya berdasarkan pengalaman saya selama kuliah di Psikologi yaitu, ketika sudah siap untuk presentasi tetapi dikarenakan dosen tidak hadir maka presentasinya ditunda. Hal ini menyebabkan adanya penurunan dalam belajar untuk mempersiapkan presentasi berikutnya. Karena seperti prinsip hukum kesiapan bahwa ketika individu siap untuk melakukan suatu tindakan tetapi tidak dilakukan maka akan menjengkelkan.
2.
Hukum latihan (Law of Exercise)
Hukum latihan akan menyebabkan makin kuat atau makin lemah hubungan S-R. Dalam hal ini, hukum latihan mengandung dua hal :
a. The Law of Use : hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah kuat, kalau ada latihan antara situasi yang menstimulasi dengan suatu respons.
b. The Law of Disuse: hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah lemah atau terlupa kalau latihan-latihan dihentikan, karena sifatnya yang melemahkan hubungan tersebut
Misalnya berdasarkan pengalaman saya selama kuliah di Psikologi yaitu, ketika tampil dalam presentasi. Sebelum tampil maka saya latihan untuk berbicara, awalnya di depan cermin baru kemudian di depan teman-teman sekelompok. Sehingga saya dapat melakukan presentasi dengan baik.
Hukum latihan akan menyebabkan makin kuat atau makin lemah hubungan S-R. Dalam hal ini, hukum latihan mengandung dua hal :
a. The Law of Use : hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah kuat, kalau ada latihan antara situasi yang menstimulasi dengan suatu respons.
b. The Law of Disuse: hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah lemah atau terlupa kalau latihan-latihan dihentikan, karena sifatnya yang melemahkan hubungan tersebut
Misalnya berdasarkan pengalaman saya selama kuliah di Psikologi yaitu, ketika tampil dalam presentasi. Sebelum tampil maka saya latihan untuk berbicara, awalnya di depan cermin baru kemudian di depan teman-teman sekelompok. Sehingga saya dapat melakukan presentasi dengan baik.
3.
Hukum
efek (Law of Effect)
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila keadaan yang menyenangkan (satisfying state of affairs) dan cenderung diperlemah jika keadaan yang menjengkelkan (annoying state of affairs). Rumusan tingkat hukum efek adalah, bahwa suatu tindakan yang disertai hasil menyenangkan cenderung untuk dipertahankan dan pada waktu lain akan diulangi.
Misalnya berdasarkan pengalaman saya selama kuliah di Psikologi yaitu, ketika saya belajar sebelum kuis dan saya mendapatkan nilai yang baik maka saya cenderung untuk belajar dulu sebelum kuis. Tetapi suatu ketika pernah saya sudah belajar sebelum kuis tetapi mendapatkan hasil yang tidak memuaskan maka ketika ada kuis lagi di mata kuliah yang sama saya malas untuk belajar.
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila keadaan yang menyenangkan (satisfying state of affairs) dan cenderung diperlemah jika keadaan yang menjengkelkan (annoying state of affairs). Rumusan tingkat hukum efek adalah, bahwa suatu tindakan yang disertai hasil menyenangkan cenderung untuk dipertahankan dan pada waktu lain akan diulangi.
Misalnya berdasarkan pengalaman saya selama kuliah di Psikologi yaitu, ketika saya belajar sebelum kuis dan saya mendapatkan nilai yang baik maka saya cenderung untuk belajar dulu sebelum kuis. Tetapi suatu ketika pernah saya sudah belajar sebelum kuis tetapi mendapatkan hasil yang tidak memuaskan maka ketika ada kuis lagi di mata kuliah yang sama saya malas untuk belajar.
4. Keuntungan
Pembelajaran Tematik
Sesuai dengan
tahapan karakteristik perkembangan anak, karakteristik
cara anak belajar, konsep belajar dan belajar bermakna, maka
kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran
tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran
tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman belajar bermakna kepada peserta didik. Tema
adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan
(Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak
keuntungan, di antaranya: (1) Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada
suatu tema tertentu; (2) Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan
mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang
sama; (3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; (4)
Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran
lain dengan pengalaman pribadi peserta didik; (5) Peserta didik mampu lebih
merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema
yang jelas; (6) Peserta didik lebih bergairah belajar karena dapat
berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam
satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; (7) Guru dapat
menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran yang disajikan secara tematik
dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan,
waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau
pengayaan.
5.
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
Sesuai dengan
Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, maka ada 3 proses yang
harus dilalui oleh peserta didik pada kegiatan inti di kegiatan pembelajaran.
” Kegiatan inti
merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan
secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi. ”
Apa,
dan bagaimana proses tersebut?
Kegiatan
Eksplorasi
Dalam kegiatan
eksplorasi, guru melakukan kegiatan berikut:
- Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema Materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
- Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
- Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
- Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
- Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Macam-macam
alternatif kegiatan eksplorasi:
- Membaca tentang
- Mendengar tentang
- Berdiskusi tentang
- Mengamati model (teks/ karya)
- Mengamati demonstrasi
- Mengamati simulasi kasus
- Mengamati 2 perbandingan (yang salah dan yang benar)
- Mencoba melakukan kegiatan trtentu
- Membaca kasus (bedah kasus)
- Talk show
- Berwawancara dengan sumber tertentu (menggali informasi)
- Observasi terhadap lingkungan
- Mencoba melakukan kompetensi dengan kemampuan awalnya
- Mencoba bereksperimen
- Bernyanyi (berkaitan dengan konsep yang akan dibahas)
- Bermain (berkaitan dengan konsep yang akan dibahas)
Kegiatan
Elaborasi
Dalam kegiatan
elaborasi, guru melakukan hal-hal berikut.
- membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
- memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
- memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
- memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
- memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
- memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
- memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
- memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
- memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Macam-macam
alternatif kegiatan elaborasi:
- Diskusi/ mandiri
- Mengidentifikasi ciri
- Menemukan konsep
- Melakukan generalisasi
- Mencari bagian-bagian
- Mendeskripsikan persamaan dan perbedaan
- Memasukkan dalam kelompok yang mana (memilah-milah)
- Membandingkan dengan dunia nyata atau pengetahuan yang telah dimiliki (analisis beda dan persamaannya)
- Menganalisis mengapa terjadi begini/ begitu dari hasil eksperimen/ demonstrasi
- Meramalkan apa yang akan terjadi dari eksperimen
- Mengidentifikasi mana yang beda/sama dengan model bandingkan/kriteria dan mana yang lebih baik
- Mengidentifikasi apa yang salah/benar, mengapa salah/benar
- Mengurutkan
- Mengelompokkan
- Mengkombinasikan
- Menyusun mana yang berhubungan dan mana yang tidak
- Menguhung-hubungkan (mencari model hubungan)
- Memasangkan contoh dan bukan contoh (memanfaatkan model bandingan untuk elaborasi)
Kegiatan
Konfirmasi
Dalam kegiatan
konfirmasi, guru melakukan kegiatan-kegaiatan berikut.
- memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
- memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
- memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
- memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar;
- berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
- membantu menyelesaikan masalah;
- memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
- memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
- memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
Macam-macam
alternatif kegiatan konfirmasi:
- Penyimpulan
- Memberikan balikan apa yang dikerjakan peserta didik
- Penjelasan mengapa salah
- Penjelasan mana yang bnar dan yang salah
- Meluruskan yang salah
- Menegaskan yang benar
- Melanjutkan/ menambahkan yang kurang
- Mengangkat kasus yang salah dan yang benar – menjelaskan mengapa salah/benar
- Menyimpulkan konsep, kriteria , prinsip, cara mencapai yang lebih baik, contoh dan bukan contoh
- Memperluas contoh yang bebar dan yang salah
- Menjelaskan bagaimana seharusnya
- Menciptakan rubrik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar